Siswa-Siswa SLB Juga Belajar dari Rumah, Apa Kesulitannya?

Kesulitan utama belajar daring untuk siswa SLB adalah menjaga mood.

oleh Liputan Enam diperbarui 28 Jul 2020, 10:27 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2020, 10:00 WIB
Ilustrasi Belajar dari Rumah
Ilustrasi Belajar dari Rumah saat pandemi virus corona (Photo by Annie Spratt on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Belajar jarak jauh secara daring semenjak pandemi Covid-19 sudah tak asing lagi di kalangan guru dan pelajar sekolah dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Awalnya belum nyaman tapi lama-lama terbiasa.

Namun dalam hal ini tantangan lebih berat dihadapi bagi guru yang mengajar murid di sekolah luar biasa. Bagaimanapun tantangannya, para guru tetap harus memperjuangkan pendidikan bagi murid-murid yang berkebutuhan khusus.

Seorang guru di salah satu sekolah luar biasa di Surabaya, M. Azis, menyebutkan ada beberapa kesulitan menjalankan proses belajar daring untuk murid-murid berkebutuhan khusus di sekolahnya. Seperti banyak kota lain, Surabaya juga menerapkan sistem belajar daring selama masa pandemi ini. Surabaya merupakan salah satu kota yang cukup masif angka penyebaran Covid-19.

Kesulitan yang dirasakan, lanjut Azis, adalah jaringan internet yang tidak stabil di beberapa rumah siswa. Kesulitan lain adalah interaksi dengan para murid, dan sulitnya menyampaikan materi-materi kepada murid-muridnya agar dapat diterima dengan baik.

Para murid tersebut tentu tidak dibiarkan belajar sendiri. Orangtua masing-masing mendampingi anaknya. Belajar daring berlangsung selama empat jam dalam sehari. Kadang jika merasa sulit belajar daring bersama-sama dengan seluruh murid, Azis melalukan video call pribadi dengan murid-muridnya satu per satu dengan durasi 1 – 2 jam.

Selain kendala di atas, kendala terbesar adalah perubahan peraasaan atau mood dari murid berkebutuhan khusus yang kadang tidak bisa dipaksakan untuk belajar daring. Mereka yang tidak bisa bertemu langsung dengan gurunya dan suka berubah sikap perilaku nya membuat Azis harus terus memahami apabila murid yang diajarnya memang berbeda dan harus mencari cara agar tetap bisa menyampaikan pelajaran kepada murid-muridnya.

“Untuk anak SLB sendiri kita gak pernah memaksakan anaknya untuk belajar atau bisa ngikutin pelajaran, mereka mau belajar ajah udah Alhamdulliah, bagus banget. Kemauan dia untuk sekolah ajah udah jadi nilai yang kita apresiasi.” ujar Azis di Surabaya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini

Dukungan untuk Siswa SLB

Azis juga berniat melakukan kunjungan ke rumah muridnya apabila kondisi sudah memungkinkan. Untuk sementara ini rencana itu belum bisa dilakukan.

Azis menandaskan, peran guru dan orangtua sangat diperlukan dan harus saling bekerja sama dalam perjuangan pendidikan murid-murid sekolah luar biasa di tengah pandemi seperti ini. Anak-anak berkebutuhan khusus tersebut tetap harus mengenyam pendidikan yang layak walau melalui belajar daring.

Selain sekolah umum, Pemerintah Kota Surabaya juga diharapkan memperhatikan murid-murid sekolah luar biasa yang metode belajar-mengajarnya berbeda. Diharapkan pemerintah membuat adanya sosialisasi atau pembekalan bagi guru dan orangtua agar bisa tetap mengajar anak berkebutuhan khusus.

Apabila sang anak sedang tidak mood belajar dengan gurunya melalui daring, orangtua diharapkan sudah diberikan bekal untuk menggantikan peran guru di rumah. Selain itu sebaiknya guru dan orang tua diberikan paket kuota internet khusus saat melakukan proses belajar-mengajar karena mengajar murid berkebutuhan khusus memakan waktu yang tidak singkat.

(May, jurnalis warga)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya