Semangat Menggebu Puluhan Tunanetra di Banyuwangi Tadarus Alquran Braille

Keterbatasan pengelihatan tidak menghalangi semangat puluhan tunanetra di Banyuwangi tadarus Alqur’an pada bulan Suci Ramadhan. Mereka bertadarus menggunakan Alquran Braille.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 14 Apr 2022, 16:02 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2022, 16:02 WIB
Nanik Nurhayati (Kiri) sedang membaca Al-Qur'an Braille di Pondok Pesantrean KH. Ahmad Dahlan. (Hermawan Arifianto/Liputan6.com )
Nanik Nurhayati (Kiri) sedang membaca Al-Qur'an Braille di Pondok Pesantrean KH. Ahmad Dahlan. (Hermawan Arifianto/Liputan6.com )

Liputan6.com, Banyuwangi - Keterbatasan pengelihatan tidak menghalangi semangat puluhan tunanetra di Banyuwangi tadarus Alqur’an pada bulan Suci Ramadhan. Mereka bertadarus menggunakan Alquran Braille.

Mereka tampak tekun saat bertadarus menggunakan Alquran Braille. Mereka terlihat menggunakan jari- jari tangan untuk meraba ayat-ayat Alquran berhuruf braille di Pondok Pesantren KH Ahmad Dahlan.

Ponpes KH Ahmad Dahlan sendiri merupakan pondok pesantren khusu penyadang disabiltas di Banyuwangi. Pondok ini memiliki puluhan santri dan santriwati penyandang disabilitas dari berbagai golongan.

Seorang santriwati penyandang disabiltas Netra Nanik Nurhayati mengatakan, dirinya belajar membaca Alquran Braille sejak mulai sekolah SD. Sehingga perlahan- lahan mulai lancar. Kata dia, membaca Alquran Braille butuh ketekunan dalam menghafal dan memahami huruf- hurufnya selain itu jari juga harus dipaksa memahami isi di dalam Alquran Braille.

“Saya mengandalkan jari untuk membaca. Sehingga jari harus benar- benar sensitif. Alhamdulillah akhirnya sedikit demi sedikit saya bisa memahami dan bisa membaca Alquran Braille ini,”tutur Nanik Kamis (14/4/2022).

Nanik sangat bersyukur bisa membaca Alquran Braille, sehingga  bisa bertadarus di Bulan Ramadhan ini. Menurut Nanik, selama bulan puasa ini setiap hari dia bertadarus. Hingga hari ke 12 Ramadhan ini sudah mengkhatamkan 1 juz Alquran Braille.

“Saya tidak ada target mengkhatamkan di bulan puasa ini. Sebenarnya saya pingin mengkhatamkan 30 juz, tapi perlu difahami Alquran Braille berbeda dengan Alquran Braille biasa. Membaca 1 juz itu, tebalnya sama dengan 30 juz Alquran biasa. Tapi saya bersyukur sudah berhasil khatam 1 juz,”ujar Nanik.

Setiap Tahun Tadarus Alquran Braille

Para santri di Pondok Pesantren KH. Ahmad Dahlan melakukan tadarus (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)
Para santri di Pondok Pesantren KH. Ahmad Dahlan melakukan tadarus (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)

Sementara itu, pimpinan Pondok Pesantren KH. Ahmad Dahlan Banyuwangi, Atfal Fadholi mengatakan, setiap tahun di Pondok Pesantren mengadakn tadarus Alquran Braille. Santri penyadang disabilitas Netra setiap sore hari tadarus ersama.

“Kami setiap hari pada bulan Ramadhan setiap tahunya mengadakan tadarus Alquran Braille,”kata Atfal

Di Pondoknya kata Atfal, saat ini ada dua santri yang sudah mahir membaca Alquran Braille. Namun agar tadarus lebih ramai pihak pondok juga mengundang beberapa penyandang Netra dari luar pondok.

“Di pondok yang sudah mahir membaca Alquran Braille ada dua orang. Sehinga mereka yang setiap hari bertadarus. Akan tetapi tidak jarang untuk menambah semangat mereka bertadarus kita juga mengundang sahabat Netra dari luar pondok. Mereka sebenaranya juga alumni pondok sini,”tambah Atfal

Minat Baca Menurun

Para Santri dan Santriwati Ponpes KH. Ahmad Dahlan sedang menbaca Al-Qur'an Braille. (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)
Para Santri dan Santriwati Ponpes KH. Ahmad Dahlan sedang menbaca Al-Qur'an Braille. (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)

Menurut Atfal, Kegiatan tadarus Alquran braille ini dilakukan untuk menumbuhkan minat anak – anak penyandang disabilitas Netra untuk membaca Alquran. Sebab saat ini minat anak- anak untuk membaca Alquran braille mulai berkurang.

Menurunya minat baca Alquran braille disebabkan banyaknya Alquran  digital yang dengan mudahnya bisa diakses melalui gadget. Sehingga mereka lebih tertarik untuk menghafal ketimbang membaca Alquran braille.

“Semakin berkembangnya jaman dan teknologi ini juga sangat berpengaruh dengan minat baca anak- anak terhadap Alquran braille. Minat bacanya menurun, mereka lebih tertarik menghafal melalui Alqur’an digital yang mudah diakses sekarang,”papar Atfal

“Untuk membaca Alquran braille memang butuh proses yang harus dilalui dan tidak mudah  karena harus ada Latihan terlebih dahulu,”ujarnya

Untuk itu, di Pondok Pesantren KH Ahmad Dahlan ini, setiap harinya para santri  penyadang disabilitas diajarkan dan dilatih membaca Al-Qur’an Braille. Diharapkan  dengan  adanya  pelajaran membaca Al-Qur,an  braille ini para santri bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.

“Setiap hari para santri terus kita ajarkan membaca Al-Qur’an. Dengan harapan mereka nantinya bisa mahir membaca Al-Qur’an nanti selepas  mondok dan berbaur lagi di masyarakat,”pungkas Atfal

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya