Menggali Jejak Tokoh Kolonial di Makam Belanda Sukun Malang

Tim heritage kesulitan melacak data dan dokumen tokoh eropa yang dikebumikan di Makam Belanda atau TPU Nasrani Sukun Malang pada masa kolonial

oleh Zainul Arifin diperbarui 19 Jun 2022, 06:13 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2022, 06:13 WIB
Cerita di balik Kebun Kopi Tulang di Kuburan Belanda
Pengelola bakal melengkapi area kuburan Belanda dengan museum berisi berbagai memorabilia yang rencananya diresmikan pada Juni mendatang (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Malang - Kuburan Londo atau Makam Belanda, begitu warga biasa menyebut Tempat Pemakaman Umum (TPU) Nasrani Sukun. Kompleks pekuburan ini merupakan salah satu saksi bisu perkembangan Kota Malang dari masa kolonial Belanda sampai hari ini.

Areal pekuburan seluas 12 ribu meter persegi ini dibangun pada 1919-1920 saat bouwplan III atau rencana perluasan Kota Malang tahap ketiga masa kolonial. Saat itu dikenal sebagai Europese Begraafplaats Soekoen te Malang atau Pemakaman Eropa di Sukun, Malang.

Ada lebih dari 200 makam orang eropa yang dikebumikan pada masa itu. Namun baru sekitar 20 makam saja yang bisa diidentifikasi data profil tokohnya. Sehingga masih sangat banyak yang belum diketahui siapa saja dan riwayatnya di balik makam tersebut.

Ketua Forum Komunikasi Tata Kelola Heritage Kuburan Londo Sukun Malang, M Imam Samsul Arifin, mengatakan masih perlu memetakan data tokoh seluruh makam peninggalan era kolonial itu. Sebab pendataan sangat penting sebagai bagian dari merawat sejarahnya.

“Sangat banyak yang belum digali profil makam, termasuk siapa orang yang pertama kali dimakamkan di sini,” kata Imam di Malang, Jumat, 17 Juni 2022.

Makam tokoh yang sudah bisa diidentifikasi seperti Rob van de Ven Renardel de Lavallete (pendiri RS Lavalette), Letnan Georges Lodewijk Geuvels (perwira KNIL), Johhanes Emde (penginjil Jerman tokoh penting Gereja Kristen Jawi Wetan), Dr. P.A.A.F Eyken (tokoh Freemason).

Sedangkan banyak makam yang belum bisa dilacak datanya karena sulitnya dokumen pendukung. Serta tidak ada lagi warga eropa datang berziarah ke makam leluhur mereka di sini. Padahal itu dapat membantu mengidentifikasi profil tokoh di Makam Belanda ini.

“Pendataan itu menjadi salah satu upaya pelestarian dan bisa diusulkan sebagai cagar budaya,” ujar Imam.

Jadi Wisata Heritage

Cerita di balik Kebun Kopi Tulang di Kuburan Belanda
perpaduan kebun kopi dan kuburan Belanda mengembalikan ingatan sejarah tentang kolonialisme di Indonesia lebih dari satu abad silam (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Kuburan Londo atau Makam Belanda di Sukun ini dikelola sebagai salah satu destinasi wisata heritage di Kota Malang. Sempat dibuka secara terbatas untuk kegiatan wisata jelajah malam hari. Sering pula dijujug warga penghobi foto dengan nuansa heritage.

“Sejak pandemi seluruh kegiatan wisata sejarah di makam ini ditutup sementara,” kata Imam.

Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko, mengatakan keberadaan Kuburan Londo di TPU Sukun harus terus dilestarikan dengan berbagai cara. Dirawat secara rutin maupun didata secara utuh untuk makam kategori lama.

“Pemakaman ini sangat mewah, tertata dengan baik. Karena itu harus dilestarikan agar bisa dijadikan tempat literasi sejarah,” ucap Sofyan Edi.

Ia berharapa ke depan makam orang – orang eropa yang dikebumikan di TPU Sukun bisa didata seluruhnya. Sebab dari data itu akan bisa memberi cerita tentang sebagian kehidupan dan perkembangan Kota Malang pada masa kolonial.

“Jadi tempat belajar sejarah bagi semua, jadi daya tarik wisata heritage. Bahkan ada generasi warga eropa yang datang ziarah ke makam leluhurnya di sini,” kata Sofyan Edi.

Ia mengimbau Forum Komunikasi Tata Kelola Heritage Kuburan Londo Sukun Malang agar selalu bersinergi dengan semua pihak yang terkait dengan makam ini. Baik itu UPT TPU Sukun maupun Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kuburan Londo Sukun.

Infografis Wacana Tilang Pesepeda Nakal di Jalan Raya. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Wacana Tilang Pesepeda Nakal di Jalan Raya. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya