Liputan6.com, Banyuwangi Seorang pemuda asal Papring Banyuwangi, Supri Apriliyanto, menyulap limbah bonggol jagung menjadi komoditas yang banyak diminati masyarakat, sebagai media tanam jamur janggel.
Baca Juga
Pemuda 18 tahun itu sukses membudidayakan jamur janggel dibelakang rumahnya secara otodidak. Usahanya tersebut kini membuahkan hasil dan laku keras.
Advertisement
“Ya kami bersyukur, ternyata banyak masyarakat sini yang antusias dan tiap hari sudah ada yang pesan jamurnya,” tutur Supri, panggilanya, Rabu (30/8/2023).
Supri menjelaskan dirinya masih perdana, yang terhitung satu bulan dalam mengembangkan usaha jamur janggel. Meski begitu, dia sudah banyak meraup cuan dari usahanya.
Dia bersama ibunya Leiliya, setiap hari memanen jamur dengan menghasilkan paling banyak yaitu 4 kilogram. Dengan dibandrol Rp 25.000 perkilonya.
“Jadi panen jamur janggel itu setiap hari, sore jam 16.00 itu kita ambil jamurnya,” sahut ibu Supri yang juga bersama putranya.
Terdapat sebanyak 6 kotak tempat tumbuhnya jamur janggel yang ada di belakang rumah Supri. Berukuran 4x1 meter, terbuat dari bambu dan plastik mulsa yang dibentuk menyerupai kolam dengan tutup. Kotak- kotak tersebut setidaknya menghabiskan hampir satu mobil pick up bonggol kelapa (janggel).
Supri memaparkan jika dalam membudidayakan jamur janggel ini relatif sederhana, selain janggel sebagai media tanam, bahan untuk menumbuhkan jamur hanya bekatul atau dedak, ragi tape dan pupuk (urea).
Pada tahap awalnya, janggel ditebar dan di ratakan pada kotak yang telah disiapkan. Selanjutnya bekatul, ragi dan pupuk dicampur dan ditaburkan ke janggel. Tak luput setelah itu menjadikan media tanam menjadi lembab dan ditutup.
“Sebenarnya tanpa ditutup pun tidak masalah. Asal tidak langsung terkena paparan matahari langsung dan harus menjaga kelembaban,” pungkas, Supri.
Pada tiga hari pertama proses penyiraman air dilakukan setiap hari. Namun, pada hari selanjutnya penyiraman dilakukan setiap dua atau tiga hari sekali. Hal itu dilakukan untuk menjaga tingkat kelembaban media tanam.
"Jika punya kami penyiraman menggunakan air cucian beras, supaya menambah nutrisi juga,” terang pemuda lulusan STM.
Tekstur Jamur Jenggel Empuk dan Menyerap Bumbu
Biasanya pada hari ketiga jamur sudah mulai muncul. Tinggal hanya menunggu waktu seraya melakukan penyiraman. Kurang dari 15 hari jamur sudah dapat dipanen. Panen dilakukan setiap hari, pada sore sedangkan untuk pagi, Supri, mencabut jamur-jamur yang sudah mekar dengan warna yang berubah menjadi hitam. Langkah tersebut dilakukan agar jamur janggel lain tidak ikut menghitam.
“Media tanam akan hancur jika sudah berusia lebih dari sebulan. Nah, tugas kita merombak media tanam yang sudah lapuk,” papar, Supri.
“Ukuran jamur janggel paling besar punya saya hingga sebesar jempol-jempol,” imbuhnya.
Banyak tanggapan positif yang dilotarkan oleh pembeli jamur janggel milik Supri. Melalui Leiliya, jika jamur janggel memiliki tekstur empuk dan meresap dengan bumbu. Meskipun begitu, kendala dalam budidaya jamur janggel yaitu setelah dipanen harus segera dimasak. Karena dalam waktu 24 jam jamur janggel yang telah dipanen akan berubah menghitam.
“Kata orang malah kaya cumi teksturnya namun ada sedikit pahitnya, walau sudah layu atau menghitam jamur janggel masih bisa dikonsumsi, asalkan tidak lebih dari 2 hari,” kata Leiliya.
Jamur mini ini dapat dimanfaatkan sebagai olahan makanan yang digoreng hingga dijadikan lauk santapan seperti ditumis dan dijadikan sayur kuah. Jamur janggel sendiri adalah sumber protein hingga antioksidan yang baik.
Advertisement