Nasaruddin Umar Jelaskan Keterkaitan Budaya dan Tafsir Alquran dengan Kekerasan Terhadap Perempuan

Ketua PSG Unej Linda Dwi Eriyanti dalam laporannya mengatakan sebanyak 156 pembicara akan menyampaikan gagasannya selama dua hari kegiatan konferensi internasional pada 21-22 Oktober 2023.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Okt 2023, 22:00 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2023, 22:00 WIB
Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. KH. Nasaruddin Umar. (Liputan6.com/ ist)
Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. KH. Nasaruddin Umar. (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Jember - Guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. KH. Nasaruddin Umar mengatakan bahwa persoalan budaya dan tafsir atas ajaran agama yang sempit terhadap peran serta perempuan dalam kehidupan menjadi salah satu penyebab kekerasan terhadap perempuan.

"Indonesia sudah memiliki sekitar 13 aturan perundangan yang bertujuan melindungi perempuan, termasuk UU No. 23 tahun 2014 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), namun masih saja terjadi diskriminasi hingga kekerasan terhadap perempuan Indonesia," katanya dalam konferensi internasional gender dan feminisme di Kampus Universitas Jember, Jawa Timur, dilansir dari Antara, Sabtu (21/10/2023).

Oleh karena itu, katanya, umat Islam Indonesia perlu menafsirkan ulang Alquran agar perempuan ditempatkan sebagaimana mestinya. Persoalan budaya dan tafsir tidak bisa dilepaskan dalam pemahaman akan agama.

Misalnya saja semua agama besar seperti Yahudi, Kristen dan Islam dilahirkan di wilayah kontinental yang memiliki budayanya sendiri. Ketika agama Islam hadir di nusantara yang merupakan wilayah kepulauan, maka budaya tersebut ikut masuk ke Indonesia yang memiliki budayanya sendiri.

"Maka selalu ada potensi bagi orang awam susah membedakan antara ajaran Islam dan budaya Arab," ucap Nasaruddin Umar yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta itu.

Selain budaya, lanjut dia, persoalan kedua adalah bab tafsir karena dalam menafsirkan Alquran maka persoalan siapa yang menafsirkan, budaya asal si ahli tafsir hingga permasalahan bahasa akan turut merumuskan hasil akhir tafsirannya, sehingga perlu membaca ulang Alquran.

Sementara Rektor Universitas Jember Iwan Taruna mengatakan kegiatan ICoGeF yang pertama itu menjadi jawaban atas tantangan kepada kawan-kawan PSG Universitas Jember untuk menggelar kegiatan akademik level nasional bahkan internasional.

"Sebagai negara dengan jumlah pemeluk Islam terbesar maka sudah selayaknya kami ambil bagian dalam usaha mendukung peran serta perempuan dalam beragam bidang. Semoga kegiatan itu dapat menghasilkan rekomendasi dan membuka kerja sama antarpeneliti dan pegiat kajian perempuan," katanya.

 

Tentang ICoGeF 2023

 

Ketua PSG Unej Linda Dwi Eriyanti dalam laporannya mengatakan sebanyak 156 pembicara akan menyampaikan gagasannya selama dua hari kegiatan konferensi internasional pada 21-22 Oktober 2023.

Seminar itu dihadiri oleh peneliti, dosen dan pegiat kajian perempuan dari perguruan tinggi di Jember, Makassar, Yogyakarta, Madura, serta hadir pula kalangan LSM dan perwakilan dari Polres Jember dan Pemkab Jember.

Pusat Studi Gender (PSG) Universitas Jember (Unej) menggelar kegiatan "The First International Conference on Gender and Feminism" (ICoGeF) 2023 menghadirkan beberapa narasumber baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Prof. Nasruddin Umar menjadi pembicara kunci dalam kegiatan itu bersama pembicara lain yakni Prof. Etin Anwar dari Hobart and Williams Smith Colleges Amerika Serikat, Onanong Thippimol Thammasat University, Thailand dan R. Laksmi Priya CEO Pachiderm Thales, India.

Infografis Journal
Infografis 10 Daftar Pahlawan Nasional Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Tri Yasnie)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya