Liputan6.com, Jakarta - Lenovo membuka awal tahun 2015 dengan meluncurkan anggota keluarga baru Yoga di Tanah Air. Salah satunya adalah Yoga 3 Pro yang diklaim sebagai laptop convertible tertipis di dunia.
Product Manager for Consumer Notebook Lenovo Indonesia, Hero Chandra, menuturkan bahwa laptop ini 17 persen lebih tipis dan 15 persen lebih ringan dari pendahulunya, Yoga 2 Pro. Daya tarik lainnya adalah kehadiran engsel watchband yang dibuat dengan lebih dari 800 keping baja dan aluminium.
Yoga 3 Pro tersedia dalam tiga pilihan warna yaitu Clementine Orange, Platinum Silver, dan Champagne Gold.
Sesuai dengan penamaan 'Yoga', laptop ini bisa dikonversi ke dalam beberapa mode. Selain mode laptop, perangkat ini bisa digunakan dalam mode Stand, Tent, dan Tablet.
Advertisement
Laptop convertible dengan layar QHD+ 13 inci (3200x1800 piksel) berbasis sistem operasi (OS) Windows 8.1 ini disokong prosesor Intel Core M dan Intel HD Graphics 5300.
Spesifikasi lainnya adalah penyimpanan solid state drive (SSD) dengan kapasitas 256 GB, speaker JBL premium dengan Waves Audio, serta memiliki port USB 3.0, Micro-HDMI, card reader dan audio jack.
Kendati Yoga 3 Pro adalah produk premium, Lenovo mengaku peminatnya berasal dari kalangan anak muda hingga profesional. Yoga 3 Pro dipasarkan seharga Rp 17,9 juta.
"Targetnya memang para pekerja profesional dan orang-orang yang mengikuti tren, tapi ternyata kami lihat selama proses pre-order justru anak-anak muda banyak yang pesan. Itu membuktikan bahwa pasar produk ini cukup besar," jelas Hero di Glass House Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (22/1/2014).
Hero menuturkan peminat Yoga 3 Pro selama pre-order ternyata melebihi ekspektasi. Dari awalnya 200 unit, ternyata jumlah pemesan mencapai 550 unit. Selama kuartal pertama 2015 (Januari-Maret), Lenovo telah menyiapkan hampir satu juta unit produk.
"Kuartal pertama ini kami siapkan shipment sebanyak 800 ribu unit," tuturnya.
Untuk wilayah pemasaran, Hero mengatakan bahwa produk baru ini akan dipasarkan di seluruh Indonesia. Namun berkaca pada waktu sebelumnya, Jakarta dan Surabaya kerap menjadi pasar terbesar.
"Tapi untuk sekarang, pasar seperti Semarang dan Medan tidak kalah besar dari dua kota tadi (Jakarta dan Surabaya)," ungkap Hero.
(din/isk)