AS Duduki Posisi Tertinggi untuk Permintaan ICT

Amerika Serikat (AS) menduduki posisi tertinggi sebagai salah satu negara yang paling kuat untuk persediaan dan permintaan ICT.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Apr 2015, 08:37 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2015, 08:37 WIB
AS Duduki Posisi Tertinggi untuk Permintaan ICT
ICT (magicalmaths.org)

Liputan6.com, Shenzhen - Amerika Serikat (AS) menduduki posisi tertinggi sebagai salah satu negara yang paling kuat untuk persediaan dan permintaan jasa information, communication and technology (ICT). Bahkan negara ini juga paling cepat tingkat adaptasinya.

Posisi lain disusul negara yang memiliki ekonomi kuat seperti Swedia, Singapura, dan Inggris yang mana masuk dalam lima besar. Sementara itu, Chili, China, dan Uni Emirat Arab masuk tiga besar negara berkembang yang memiliki anak muda untuk beradaptasi terhadap teknologi.

Negara berkembang ini memiliki karakteristik adaptasi terhadap mobile yang tinggi dan keseluruhan akses yang sering dibandingkan dengan negara maju. Biasanya, negara berkembang ini tertinggal dalam hal investasi data center dan elemen inti lainnya dalam infrastruktur ICT.

Di negara maju, investasi data center tiga kali lipat dari negara-negara berkembang yang merupakan katalis utama.

Adapun peringkat ini berdasarkan laporan global connectivity index (GCI) dari sejumlah negara 2015 yang dikeluarkan pada Senin, 20 April 2015.

Laporan itu berdasarkan 50 ekonomi negara berdasarkan konektivitas, penggunaan ICT dan transformasi digital, serta indikator negara mana yang terbaik untuk pengembangan dan pertumbuhan. Selain itu juga melihat rencana ICT bagi pembuat kebijakan untuk mendorong ekonomi digital.

Pada 2015, edisi GCI ini memiliki metodologi lebih menyeluruh dan kerangka lebih tajam. Dengan jumlah variabel ICT lebih banyak pada tahun lalu, dimana GCI tahun ini menggambarkan kebutuhan korelasi untuk memulai target investasi bagi pemerintah dan stakeholder.

Apa yang membedakan GCI dari indeks dengan tahun lalu adalah definisi luas dari konektivitas yang meliputi jaringan, komputasi, dan penyimpanan. Sementara juga menekankan unsur-unsur non infrastruktur fungsi digital ekonomi, seperti permintaan layanan dan aktivitas e-Commerce.

"GCI bukan hanya peringkat negara-negara. Kami melihatnya sebagai platform untuk bermitra dengan para pembuat kebijakan dan pemimpin perusahaan untuk mengidentifikasi dan menciptakan peluang ekonomi digital dengan tujuan membangun dunia yang saling terhubung," ujar Kevin Zhang, President Huawei Corporate Marketing dalam keterangan yang diterbitkan Selasa (21/4/2015).

Secara keseluruhan, GCI 2015 menunjukkan kalau pertumbuhan investasi ICT sekitar 20 persen akan meningkatkan produk domestik bruto (PDB) suatu negara sekitar 1 persen. Ini mengidentifikasi transformasi digital mulai dari pusat data, cloud services, Big Data, broadband dan Internet of Things.

Hal ini merupakan target para stakeholder untuk fokus terhadap investasi mereka dalam rangka efisiensi ekonomi di era digital.

(Aml/isk)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya