Liputan6.com, Jakarta - Sekarang media sosial tengah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Terkait hal ini, ada beberapa fenomena menarik. Misalnya, ada sebagian di antara kita, merasa ada yang kurang, jika tidak memfoto makanannya saat hendak makan dan mengunggahnya ke media sosial, atau check in di lokasi tertentu melalui akun media sosial miliknya.
Itulah sebagian gambaran singkat media sosial saat ini. Lantas, bagaimanakah tren media sosial di masa depan? Untuk menjawabnya, di salah satu sesi Geek Camp 2015 yang digelar oleh KMKLabs menghadirkan Aqsath Rasyid, CEO dari NoLimit.
Pertama, mari kita tengok dulu perkembangan media sosial, mulai dari sebuah e-mail yang pertama kali dikirimkan pada 1971, kemudian Bulletin Board pada 1978, hingga berbagai media sosial yang kita kenal saat ini, seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan sebagainya.
"Selama perkembangannya, fungsi media sosial pun mengalami perubahan. Bukan cuma berkembang cepat, tetapi juga revolusioner. Lihat saja change.org. Media sosial ini mampu mengumpulkan massa dalam jumlah banyak, dan dapat 'menekan' pemerintah untuk menanggapi atau menindak suatu isu," ungkap Aqsath.
Di samping itu, 'measurement' di media sosial bagi perusahaan secara umum, juga mengalami perubahan.
"Dulu, perusahaan A bilang, akun media sosial kita sudah punya pengikut sekian juta. Tapi lama kelamaan, mereka sadar, dari jutaan tersebut, engagement yang tampak hanya sedikit," tutur Aqsath.
Ternyata, lanjut Aqsath, perusahaan menyadari bahwa sebagian dari pengikutnya itu adalah akun palsu. Bahkan, di antara kita pun mungkin mengenal istilah 'ternak akun', 'jual akun', dan semacamnya.
Di sini, perusahaan mulai sadar bahwa jumlah pengikut tidak lagi relevan untuk dijadikan measurement dan beralih ke measurement baru, yaitu engagement. Engagement sendiri, seperti yang disadari oleh perusahaan, ternyata tidak lagi relevan.
"Engagement pun pada akhirnya tidak relevan untuk dijadikan measurement. Sebab, di media sosial kita banyak temukan akun-akun yang notabene quiz hunter," ungkap Aqsath.
Mereka, menurutnya, terlibat dengan aktivitas perusahaan di media sosial bukan semata-mata karena tertarik dengan produk perusahaan, tapi karena iming-iming seperti hadiah yang ditawarkan. Otomatis, engagement pun tersisihkan sebagai measurement.
Lebih lanjut, alumnus S-1 dan S-2 ITB ini mengatakan bahwa saat ini merupakan kebalikan dari masa-masa sebelum tahun 2000. Sebelum tahun 2000, kitalah yang mesti mencari informasi dengan susah payah, tapi saat ini adalah kebalikannya. Sebab informasi sudah ada titik overload, bahkan tanpa harus kita cari sekalipun, sehingga kita harus menyaringnya.
"Ke depannya, media sosial yang mungkin akan booming mirip-mirip dengan grup WhatsApp dan grup LINE, yang secara spesifik relevansinya bisa diatur oleh user. Misalnya, grup WhatsApp ini khusus untuk teman kuliah, grup ini untuk ngegosip, dan semacamnya," tutup Aqsath.
(why/isk)
Tren Media Sosial dari Masa ke Masa
Bagaimanakah tren media sosial dari masa ke masa? Seperti apa tren media sosial di masa depan?
diperbarui 25 Okt 2015, 07:18 WIBDiterbitkan 25 Okt 2015, 07:18 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Demokrasi adalah: Sistem Pemerintahan yang Menjunjung Kedaulatan Rakyat
Jadi Calon Tunggal, Heru Pujihartono Bakal Jabat Ketua PGSI DKI Jakarta
Pesan Menohok Ustadz Das'ad Latif untuk Pejabat Nakal: Kau Tidak akan Pernah Bisa Sogok Malaikat!
Alasan Pegawai Komdigi AK Tetap Masuk Bagian Pemblokiran Situs Judol Meski Tak Lulus Seleksi
Mengenal Hamas: Sejarah, Ideologi, dan Peran dalam Konflik Israel-Palestina
PDIP Gelar Doa Bersama Bersama Warga Klaten untuk Kemenangan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi
Dukung Asta Cita Prabowo, Polres Rokan Hulu Siapkan Puluhan Hektare Lahan Untuk Ketahanan Pangan
447 Nama IG Aesthetic Nama Sendiri yang Unik dan Keren
Top 3 Berita Hari Ini: Gaya Bicara dan Bahasa Inggris Verrell Bramasta di Rapat DPR Soal Naturalisasi Pemain Timnas Indonesia Jadi Sorotan
Memahami PMO Adalah Langkah Awal Mengatasi Dampak Negatifnya
VIDEO: Budi Arie Bakal Diperiksa Terkait Judi Online?
Raissa Ramadhani Bangga Single Laura Tembus 2 Juta Stream: Seneng Banget