'Kematian' Bintang Raksasa Ini Bakal Munculkan Supernova

Kematian bintang raksasa bernama VY Canis Majoris ini disebut dapat picu ledakan supernova.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 28 Nov 2015, 09:10 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2015, 09:10 WIB
Bintang
Ilustrasi: bintang raksasa (sumber: universetoday.com)

Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini sekelompok astronom di Chili berhasil menemukan sebuah bintang raksasa yang kehilangan massa dalam jumlah besar. Kejadian tersebut diperkirakan dapat memicu sebuah ledakan supernova ketika bintang besar itu 'mati'. 

Bintang raksasa bernama VY Canis Majoris itu diketahui sebagai salah satu bintang terbesar yang ada di galaksi Bima Sakti. Ukurannya 30 sampai 40 kali lebih besar dari matahari. Bahkan, sinarnya disebut lebih terang 300 ribu kali dari matahari.

"Kehidupan bintang-bintang besar biasanya singkat. Dan, ketika mendekati hari akhirnya, bintang-bintang itu akan kehilangan banyak massa," ungkap Peter Scicluna dari Academia Sinica Institute for Astronomy and Astrophysics di Taiwan, seperti dikutip dari laman Tech Times, Sabtu (28/11/2015).

Baca Juga:

Kendati demikian, masih banyak ilmuwan yang belum mengetahui secara pasti sebuah bintang kehilangan massanya. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah adanya awan dengan butiran debu yang lebih besar 50 kali dari debu biasanya. Dan, biasanya terletak di antara bintang-bintang di luar angkasa.

Debu-debu besar ini disebut mampu menyapu radiasi bintang yang menyebabkan sebuah bintang besar kehilangan massanya dengan cepat. VY Canis Majoris yang kehilangan massanya dengan cepat diperkirakan akan segera mati dan menghasilkan ledakan supernova besar.

Ledakan tersebut akan menghancurkan banyak debu di sekitarnya dan melemparkan sisa-sisa ledakan ke luar angkasa, termasuk elemen yang tercipta saat ledakan supernova.

"Debu-debu ini dapat mempengaruhi medium antarbintang di sekitarnya. Hal ini lah yang kemudian mendorong bakal bintang untuk membentuk planet di masa depan," ungkap peneliti dari European European Southern Observatory (ESO). Tak hanya itu, para peneliti juga memperkirakan ledakan tersebut dapat terlihat dari Bumi ratusan ribu tahun dari sekarang.

(dam/cas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya