Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini informasi tentang kondisi permukaan bulan kembali bertambah. Hal ini terjadi setelah sebuah rover buatan Tiongkok menemukan jenis batuan baru di permukaan bulan.
Rover bernama Yutu itu dikabarkan menemukan jenis batuan basaltik yang sebelumnya tidak terlihat di bulan. Penemuan ini, menurut beberapa ilmuwan, menujunkkan adanya kemungkinan bahwa unsur penyusun bulan lebih beragam.
"Kami mengenali adanya tipe baru batuan basal dari bulan dengan kumpulan mineral khas yang berbeda dibandingkan sampel dari Apollo dan Luna, serta meteorit yang berasal dari bulan," ujar salah seorang peneliti, seperti dikutip dari laman Tech Times, Minggu (27/12/2015).
Rover Yutu sendiri merupakan kendaraan yang diluncurkan dari kendaraan luar angkasa robotik, Chang'e 3. Dalam misi ini, Chang'e 3 mendarat di aliran lava yang relatif lebih muda di bagian imbrium basin bulan.
Sampel batuan yang dikirim oleh Chang'e 3 juga memiliki hal menarik. Sebab, kandungan kimia dari sampel itu kaya akan titanium oksida dan olivin mineral. Hal ini dapat menjadi petunjuk bahwa batuan basaltik mungkin terbentuk lebih lambat dari proses pendinginan dari magma cair.
Baca Juga
Batuan yang baru ditemukan ini juga diperkirakan berumur lebih muda, yakni sekitar 3 miliar tahun lalu atau mungkin lebih muda lagi. Batuan tersebut berbeda dengan batuan basal yang ditemukan dari aktivitas vulkanis bulan antara 3 sampai 4 miliar tahun lalu dalam misi Apollo dan Luna di tahun 1969 dan 1976.
"Distribusi titanium variabel di permukaan bulan menunjukkan bahwa interior bulan tidak homogen," ujar Bradley L. Jolliff, profesor dari Earth and Planetary Sciences di Washington University yang juga membantu menganalisis data dari misi Chang'e 3.
Lebih lanjut Jolliff menuturkan bahwa pihaknya sampai saat ini mencari kemungkinan bagaimana proses ini bisa terjadi. Salah satunya adalah adanya dampak dari tahap samudra magma yang mengganggu pembentukan mantel.
Sekadar informasi, para ilmuwan percaya bahwa bulan tercipta ketika sebuah objek berukuran Mars bertubrukan dengan bumi. Kejadian itu kemudian melemparkan sebagian besar cairan magma yang telah mendingin untuk membentuk kerak, mantel dan inti.
(Dam/Why)