Pengusaha Tiongkok Bobol Jaringan Pertahanan AS

Seorang pengusaha asal Tiongkok dinyatakan bersalah karena terlibat dalam pembobolan jaringan komputer pertahanan Amerika Serikat.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 26 Mar 2016, 10:13 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2016, 10:13 WIB
Pabrik Boeing (3)
Hanggar-hanggar pengerjaan pesawat terbang sesuai permintaan pembeli. (Sumber Boeing Company via news.com.au)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang pengusaha asal Tiongkok dinyatakan bersalah karena terlibat dalam pembobolan jaringan komputer pertahanan Amerika Serikat, termasuk di dalamnya, Boeing.

Mengutip Venture Beat, Sabtu (26/3/2016), dalam pernyataan resmi Departemen Keadilan Amerika Serikat disebutkan bahwa pria tersebut bernama Su Bin (50).

Ia terancam mendapatkan hukuman maksimal lima tahun karena diduga bersekongkol dengan dua orang lain di Tiongkok untuk mendapatkan informasi militer yang sensitif berhubungan dengan ekspor legal.

Pengacara Su Bin, Robert Anello menyebutkan, dalam menyelesaikan masalah ini, Su Bin berharap untuk tetap dapat melanjutkan hidupnya.

Berdasarkan keterangan Pengajuan Pengadilan Pemerintah AS, Su mulai menarget perusahaan-perusahaan AS sejak 2008. Pada 2010, dia mengirimkan email berisi file kepada seseorang yang tidak diketahui namanya di Tiongkok.

Email tersebut berisi sejumlah informasi mengenai pesawat militer AS jenis Boeing C-17. Su juga dibantu oleh konspirator lainnya dalam menentukan perusahaan mana yang menjadi target.

Selain itu, ia menerjemahkan dokumen tersebut dari bahasa Inggris ke bahasa Tionghoa. Ia pun ditangkap di Kanada 2014 lalu.

Su kemudian menyetujui ekstradisi AS. Sebelumnya, media Kanada Januari lalu melaporkan, dua orang anggota tentara militer Tiongkok berkonspirasi dengan Su untuk mendapatkan cetak biru pesawat F-35 dan jet lainnya.

Saat itu, juru bicara Menteri Luar Negeri Tiongkok mengatakan, pemerintah Tiongkok menentang dan tidak pernah terlibat dengan aktivitas peretasan apa pun di internet.

Sementara, pihak Boeing menyerahkan masalah ini sepenuhnya kepada pemerintah AS.

"Kami bekerja sama penuh dengan pemerintah dalam proses hukum. Kami menyambut baik perkembangan kasus ini," kata Juru Bicara Boeing Todd Blecher. Hukuman pun dijadwalkan 13 Juli 2016. 

(Tin/Isk)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya