Liputan6.com, Jakarta - Yonder sebagai salah satu layanan streaming musik di Tanah Air ternyata tak sekadar hadir untuk menawarkan layanan musik. CEO Yonder Adam Kidron menuturkan, Yonder hadir dengan konsep demokratisasi untuk akses musik.
Menurutnya, hal ini yang membedakan Yonder dari layanan serupa. Pria asal Inggris ini mengatakan, Yonder secara aktif turut membentuk ekosistem musik di tempat layanannya berada.
"Yonder hadir dengan pendekatan lokal, kami ingin turut membawa perubahan ekonomi, khususnya di bidang musik," ujar Kidron saat peluncuruan Yonder di Mulia Hotel Jakarta, Senin sore (23/5/2016).
Menurutnya, Yonder merupakan aplikasi musik untuk semua orang. Jadi, dalam hal ini pihaknya tak mematok harga dan memilih untuk menggandeng beberapa musisi Indonesia dalam rangka memperluas pasar Yonder.
"Indonesia masuk dalam empat besar daftar jumlah penduduk terbesar di dunia. Namun, jumlah pendapatan dari sisi musik hanya 0,4 persen," ujar Kidron. Untuk itu, ia mengatakan Yonder hadir dengan konsep berbeda.
Baca Juga
Salah satu yang juga jadi perhatian Yonder adalah pembagian royalti dengan musisi. Kidron menyebut, Yonder tak membedakan pendapatan yang diterima oleh musisi, baik itu dari internasional maupun lokal.
Ia mencontohkan, seorang Raisa akan memperoleh jumlah pendapatan yang sama dengan Kate Perry ketika seseorang mendengarkan lagunya. Menurut Kidron, ini adalah demokrasi yang coba diusung oleh Yonder.
"Demikian juga dari pendapatan, Yonder menerima sekitar 25 persen dan sisanya akan diberikan pada musisi," ujar Kidron. Selain itu, dengan penawaran terjangkau yang diusung, Yonder berharap dapat ikut mengatasi masalah pembajakan yang marak terjadi.
Di Indonesia sendiri, Yonder bekerja sama dengan XL untuk menghadirkan layanan portal musik, yang secara ekslusif untuk pengguna XL dan Axis.
Jadi, pengguna XL dan Axis yang berlangganan paket internet HotRod dan Combo Xtra dengan nilai lebih dari Rp 100.000, dapat mengakses Yonder secara gratis. Â
(Dam/Isk)