Liputan6.com, Jakarta - Penerapan teknologi virtual reality kini makin meluas. Ruang lingkupnya bukan hanya aplikasi dan gim (game), tetapi juga mencakup banyak bidang lainnya seperti kesehatan/medis, pendidikan, pariwisata, dan lain-lain.
Yang terbaru, salah satu divisi dari General Motors, Cadillac, tengah menjajaki bagaimana virtual reality dapat menjadi cara inovatif dalam memasarkan mobil besutannya.
Menurut laporan The Wall Street Journal, yang dikutip dari Digital Trends, Rabu (8/6/2016), perusahaan otomotif Amerika Serikat (AS) itu tengah merancang strategi baru untuk jaringan dealer miliknya di AS. Salah satu strategi baru itu termasuk mengganti sebagian toko konvensional dengan showroom berkonsep teknologi virtual reality.Â
Baca Juga
Tidak seperti showroom pada umumnya, showroom tersebut tidak akan memiliki persediaan model mobil apa pun. Sebagai gantinya, showroom tersebut akan menyediakan virtual reality headset, yang dapat pelanggan gunakan untuk mempelajari produk Cadillac ketika kendaraan mereka sedang diservis.
Misalnya, pelanggan dapat mengikuti test drive digital untuk model Cadillac tertentu seperti CTS-V.
Strategi baru ini merupakan bagian dari "Project Pinnacle", sebuah pendekatan ritel baru yang diajukan oleh Presiden Cadillac, Johan de Nysschen. Strategi ini dinilai masuk akal mengingat usaha yang dilakukan baru-baru ini oleh produsen mobil tersebut.
Secara sederhana, sebuah showroom virtual menghabiskan lebih sedikit biaya dalam hal biaya operasional dan biaya tambahan lainnya daripada showroom fisik, sehingga strategi ini dianggap dapat menghemat pengeluaran perusahaan.
Sebelumnya Audi dan Ferrari telah mengeksplorasi potensi teknologi virtual reality untuk konfigurasi kendaraan dan untuk tujuan pendidikan. Bahkan, Tesla pun telah memanfaatkan teknologi virtual reality demi memberikan kesempatan kepada publik untuk melihat produk-produknya lebih dekat.
(Why/Ysl)