Liputan6.com, Jakarta - Instagram kini dikabarkan sedang mengatasi akun dengan aktivitas palsu melalui penutupan Instagress. Instagress merupakan layanan pihak ketiga (dalam bentuk bot) yang mengiklankan dirinya dengan tujuan mendapatkan banyak followers.
Sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip dari Business Insider, Sabtu (22/4/2017), Instagress terpaksa menghentikan layanan yang memungkinkan pengguna membayar sejumlah uang agar akun mereka bisa memberi tanda "likes" dan komentar pada foto lain. Hal ini merupakan permintaan langsung Instagram pada Instagress.
Advertisement
Baca Juga
“Tool ini bertugas membuat robot kecil yang mengkloning pengguna yang tertarik dengan hal dan gaya yang sama, kemudian mereka akan bekerja secara otomatis di Instagram,” demikian keterangan Instagress melalui lamannya.
Langkah penutupan itu dianggap sebagai salah satu upaya Facebook mengatasi kegiatan bot di dalam platfom mereka. Juru bicara Instagram menolak berkomentar akan hal ini.
Pada sisi lain, dalam sebuah unggahan di PetaPixel, seorang fotografer bernama Calder Wilson menjelaskan bagaimana ia biasa memakai Instagress selama dua tahun terakhir untuk mendongkrak popularitasnya. Dalam rentang waktu itu, Wilson menyebut Instagress memungkinkan dirinya memberi ribuan "likes" dan komentar per bulannya.
"Dengan kondisi yang menganggap bahwa banyak penggemar dan followers membuat fotografer jadi lebih baik, saya rasa tidak banyak yang mempermasalahkan adanya bot yang meniru akun seseorang," kata Wilson.
Saat ini belum jelas berapa banyak pengguna yang membayar layanan Instagress. Namun tarif yang dipatok Instagress adalah US$ 10 (setara Rp 130 ribu) per bulan. Layanan Instagress juga telah dipakai selama tiga tahun sebelum ditutup pada Kamis lalu.
Melalui sebuah penelitian yang dilakukan pada 2015, diketahui bahwa setidaknya ada 8 persen akun Instagram yang memberikan spam otomatis. Bahkan, diketahui juga ada ratusan layanan pihak ketiga yang menjual followers palsu dan menjalankan aktivitas penipuan di Instagram.
(Tin/Ysl)