Robot Seks Bisa Picu Pelecehan Seksual

Semakin banyaknya robot seks ditengarai bisa menjadi pemicu meningkatnya kasus pelecehan seksual di kalangan masyarakat. Apa benar demikian?

oleh Jeko I. R. diperbarui 10 Jul 2017, 07:00 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2017, 07:00 WIB
Tahun 2050, Manusia Lebih Sering Berhubungan Seks dengan Robot
Film Sexy Robot (Universal Studio/Maxim)

Liputan6.com, California - Dominasi robot tak dimungkiri akan terus meningkat. Salah satu fakta yang cukup meresahkan adalah berkembangnya produsen robot yang berfokus pada robot seks.

Fisik robot seks kelak akan menyerupai manusia, apalagi didukung dengan teknologi kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence) yang membuat tingkah lakunya juga sama dengan kita.

Menyadari robot seks akan semakin banyak, para ilmuwan dari Foundation for Responsible Robotics memberikan peringatan dini akan risiko dari robot seks.

Menurut mereka, robot seks bisa jadi salah satu ancaman terbesar bagi umat manusia. Mereka khawatir robot seks bisa disalahgunakan dan bahkan meningkatkan risiko kasus pelecehan seksual di masyarakat.

“Mesin yang dibuat dengan kecerdasan buatan adalah konsep yang luar biasa, tetapi jika diciptakan untuk kebutuhan lahir, seperti seks, tentu berisiko. Kita kan tidak tahu, bisa saja robot-robot ini dibeli pihak tak bertanggung jawab dan disimulasikan untuk hal-hal berbau pelecehan seksual,” ujar ilmuwan Profesor Noel Sharkey dari University of Sheffield, sebagaimana dikutip dari Mirror, Senin (10/7/2017).

Berbanding dengan apa yang dikhawatirkan Profesor Sharkey, Hellen Driscoll, seorang psikolog ilmu seks yang juga meminati dunia teknologi, memandang fenomena robot seks sebagai hal lumrah. Ia mengungkap, sudah saatnya dunia terbuka terhadap "hal-hal seperti ini".

Hal yang dimaksud, ucap psikolog yang juga mengajar di University of Sunderland tersebut, merupakan fenomena di mana perangkat robotik kelak akan membaur dengan umat manusia.

Menurut dia, robot seks dinilai interaktif karena mendapatkan sokongan teknologi motion sensing.



"Untuk saat ini, manusia masih menganut norma yang mana mereka sulit untuk menerima keberadaan robot sebagai teman atau bahkan pasangan. Saya memandang hal itu sebagai proses," tutur Driscoll.



Seiring waktu berjalan, ujarnya, manusia akan menerima fakta bahwa mereka harus bergaul dengan robot. 



"Saya tidak berbicara soal robot seks saja, robot yang dipekerjakan di bidang lain pun juga sama," ujarnya.

"Akan ada waktunya di mana teknologi ini (Artificial Intelligence) berkembang lebih cepat dari sekarang. Di saat teknologi AI sudah melebur dengan kehidupan, di situlah manusia bisa bergaul dengan robot."


Prediksi Driscoll memang tidak mengejutkan. Sebelumnya, ia sempat mengutarakan teorinya: manusia bisa jatuh cinta dengan robot. Teori tersebut disebut 'Robophilia'.



Robophilia merupakan teknologi virtual reality yang bisa menjadi lebih realistis dan mendalam serta mampu meniru dan bahkan meningkatkan pengalaman seks dengan manusia. Dapat dibayangkan, banyak dari mereka yang akan memilih untuk bercinta dengan robot ketimbang manusia.


(Jek/Isk)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya