Liputan6.com, Jakarta - Di dunia teknologi informasi dan komunikasi (TIK), perbandingan antara laki-laki dan perempuan masih menyisakan jarak lebar. Terbukti, saat ini profesi di bidang TIK terutama untuk coding dan programming masih didominasi laki-laki.
Selain itu, walaupun perempuan di Indonesia sudah terhubung ke internet dengan baik, mereka tidak menggunakan potensi internet secara maksimal.
Baca Juga
Terungkap, 47 persen perempuan tidak menggunakan teknologi untuk bisnisnya, dalam arti penggunaannya masih terbatas. Kemudian 32 persen lainnya tidak tahu bagaimana cara untuk menemukan apa yang mereka inginkan di internet, dengan kata lain pengetahuannya masih terbatas. Demikian menurut IFC & USAID Report 2016.
Advertisement
Oleh sebab itu, seorang bidan asal Bali bernama Putu Sudewi Arsini, memutuskan untuk belajar menjadi pengembang Android. Hal ini ia tekuni guna memudahkan ia dan rekan seprofesinya dalam memberikan layanan kebidanan home care, terutama bagi ibu hamil dan menyusui di Bali dan sekitarnya.
Bidan muda yang akrab dipanggil Dewi tersebut mengikuti program Indonesia Android Kejar level beginner batch 3 lalu.
“Yang saya suka dari program Android Kejar ini fasilitatornya benar-benar memberikan mentoring kepada setiap peserta dengan sungguh-sungguh. (Peserta) kaya saya ini kan (belajar Android) dari nol banget," ujar Dewi dengan sangat antusias.
Lebih lanjut, ia menilai program ini sangat bermanfaat bagi orang-orang dengan latar belakang selain TIK seperti dirinya. "Pada batch berikutnya, kemungkinan besar saya akan daftar untuk ambil kelas intermediate," tutur Dewi.
Ikutan program Indonesia Android Kejar
Dewi mengikuti program Indonesia Android Kejar setelah berhasil menciptakan sebuah aplikasi Android. Perempuan kelahiran 1990 ini bersama temannya membuat sebuah platform bernama Amacall (app.amacall.us), yang berfokus pada pelayanan jasa bidan ke rumah pelanggan.
Seperti disebutkan sebelumnya, Dewi sama sekali tidak memiliki latar belakang TIK. Namun kini, ia menjadi hustler dalam mengembangkan Amacall bersama kedua orang temannya yang memiliki latar belakang TIK cukup.
"Budaya yang tercipta di Indonesia membuat kita, perempuan, takut untuk mencoba. Hal itulah yang harus kita dobrak. Jangan takut untuk mencoba hal baru, mengembangkan diri, dan terus menuntut ilmu," kata Dewi.
"Siapa sangka, rasa penasaran saya dengan (konsep on demand service) Go-Jek dapat membawa saya menjadi founder Amacall," pungkas Dewi.
Ke depannya, Dewi berharap dapat merekrut bidan beserta sumber daya lainnya hingga 20 orang pada saat Soft Opening Amacall yang akan diselenggarakan pada bulan ini.
Android Kejar pada praktiknya memanfaatkan platform kursus online Udacity untuk mengembangkan aplikasi mobile, dengan membentuk kelompok-kelompok belajar di komunitas-komunitas lokal yang ada.
Secara berkelanjutan, Indonesia Android Kejar akan terus dilangsungkan sebagai bentuk nyata komitmen Google dalam membantu pemerintah Indonesia mempersiapkan 100.000 mobile developer hingga tahun 2020. Informasi lebih lengkap mengenai Indonesia Android Kejar dapat ditemukan di g.co/dev/androidkejar.
(Why/Ysl)
Tonton Video Menarik Berikut Ini:
Advertisement