Liputan6.com, Jakarta - F5 Networks merilis sebuah laporan komprehensif mengenai perkembangan peran CISO (Chief Information Security Officer) dan pendekatan keamanan IT yang saat ini dilakukan oleh seluruh organisasi di seluruh dunia di tengah lanskap ancaman yang terus berubah.
Laporan tersebut menemukan keamanan IT semakin menjadi prioritas dan pengaruh CISO dalam perusahaan berkembang. Namun, strategi keamanan di banyak organisasi masih sebagian besar reaktif dan belum selaras dengan fungsi bisnis.
Advertisement
Baca Juga
Penelitian yang dilakukan Ponemon Institute ini berdasarkan pada wawancara dengan profesional senior bidang keamanan IT di 184 perusahaan di tujuh negara. Antara lain Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Brasil, Meksiko, India, dan Tiongko.
Salah satu temuan yang menarik adalah kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) menjadi solusi potensial untuk kebutuhan kepegawaian. Kekurangan tenaga kerja dalam bidang keamanan IT terus menjadi masalah besar bagi CISO.
"Penelitian ini memberikan pandangan unik tentang cara CISO beroperasi di lingkungan yang menantang saat ini," kata Mike Convertino, Chief Information Security Officer F5 melalui keterangannya, Jumat (3/11/2017) di Jakarta.
"Yang pasti CISO terus mengembangkan cara mereka mendorong fungsi keamanan dan peran kepemimpinan yang mereka jalankan dalam perusahaan. Tapi di banyak organisasi, keamanan IT belum memainkan peran strategis dan proaktif yang diperlukan sepenuhnya untuk melindungi aset dan mempertahankan diri dari serangan yang kian canggih dan sering," sambungnya.
Personel keamanan IT meningkat
Hasil penelitian menyebut rata-rata jumlah personel keamanan IT akan meningkat dari 19 menjadi 32 pegawai penuh waktu (atau setara) selama dua tahun ke depan, dengan hampir setengahnya (42 persen) merasa bahwa staf mereka saat ini tidak memadai.
Sebanyak 58 persen mengatakan, mereka memiliki kesulitan untuk mempekerjakan personil keamanan yang berkualitas, dengan tantangan terbesar mengidentifikasi dan merekrut kandidat yang berkualitas (56 persen) dan ketidakmampuan untuk menawarkan gaji sesuai dengan pasar (48 persen).
Tantangan ini mendorong perusahaan untuk mencari solusi lain. Setengah dari responden (50 persen) percaya bahwa pembelajaran komputer dan kecerdasan buatan dapat mengatasi kekurangan staf, dan 70 persen percaya teknologi ini akan menjadi penting bagi fungsi keamanan IT mereka dalam dua tahun ke depan.
(Isk/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Advertisement