Samsung Garap Baterai Smartphone yang Bisa Diisi dalam 12 Menit

Samsung sedang mengembangkan baterai dari material baru yang diklaim bisa diisi penuh hanya dalam waktu 12 menit.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 02 Des 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 02 Des 2017, 10:00 WIB
Galaxy S8
Ilustrasi: Baterai smartphone Samsung Galaxy S8 (Sumber: iFixit)

Liputan6.com, Jakarta - Bagaimana rasanya jika baterai smartphone kita hanya butuh waktu kurang dari 15 menit untuk diisi hingga penuh?

Ada yang bilang saat ini hal tersebut masih jauh dari kenyataan. Namun baru-baru ini Samsung mengumumkan penelitian baterai dari material baru yang bisa membawa dampak besar bagi bisnis smartphone.

Sebagaimana dikutip Mashable, Minggu (2/12/2017), perusahaan teknologi Korea Selatan itu tengah mengembangkan material baterai yang lebih efisien dan cepat diisi dibandingkan baterai lithium ion yang banyak dipakai dalam smartphone.

Material baru yang dimaksud bernama graphene ball. "Baterai yang dibuat dari material graphene ball mampu diisi daya lima kali lebih cepat dibandingkan baterai lithium ion," kata Samsung.

Saat ini, baterai yang digunakan pada smartphone pada umumnya membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk diisi penuh. Berbeda dengan material graphene ball yang secara teori hanya butuh 12 menit untuk diisi penuh.

Tidak hanya itu, menurut para peneliti, baterai dengan material baru ini juga memungkinkan kapasitas ditingkatkan hingga 45 persen.

Peningkatan kapasitas ini dikombinasikan dengan pengisian daya super cepat sehingga tidak hanya bisa dipakai pada smartphone tetapi juga kendaraan listrik dan produk lainnya.

Kepala Peneliti Son In-hyuk mengatakan,"kami dapat meningkatkan kemampuan baterai di lingkungan di mana pasar perangkat seluler dan kendaraan listrik berkembang dengan cepat."

Dia juga menekankan, pihaknya berkomitmen terus mengeksplorasi dan mengembangkan teknologi baterai ini.

Saat ini, material baterai ini masih diteliti. Alasan Samsung tertarik menggunakan baterai dari graphene ball adalah keamanan, sebab baterai jenis ini diklaim stabil digunakan hingga suhu 60 derajat celcius. 

 

Ponsel Tanpa Baterai

Baterai merupakan hal yang sangat krusial bagi smartphone, sampai-sampai banyak penelitian mengenai baterai smartphone. Selain material baru yang akan dipakai pada baterai smartphone, ada pula penelitian yang berupaya mengembangkan ponsel tanpa baterai. 

Penelitian ini dilakukan oleh dua peneliti dari Universitas Washington, Shyam Gollakota dan Vamsi Talla. Kedua peneliti muda itu berhasil membuat prototipe ponsel tanpa baterai.

Dalam wawancara dengan VOA Indonesia yang Tekno Liputan6.com kutip, Kamis (17/8/2017), Gollakota mengatakan, kehadiran prototipe ponsel tanpa baterai yang mereka hasilkan adalah sebuah lonjakan besar.

"Kami kini punya perangkat streaming yang bisa membuat pengguna terus berbicara dan menerima data, seperti telepon pada umumnya. Namun, ponsel tak bisa berfungsi tanpa baterai," kata Gollakota.

Ditambahkan oleh Vamsi, biasanya ponsel membutuhkan ratusan miliwatt daya untuk bisa dipakai menelpon. Jadi, sebenarnya tidak mungkin membuat perangkat tanpa baterai.

"Jadi apa yang kami kembangkan pertama-tama adalah menurunkan jumlah tenaga yang dipakai sebuah ponsel secara signifikan," kata Vamsi. Caranya, tutur Vamsi, adalah mengganti baterai dengan tenaga elektromagnetik yang ada di sekitar kita, baik dalam bentuk frekuensi radio maupun gelombang RF.

Vamsi juga yakin, pada masa depan setiap ponsel bakal hadir dengan teknologi tanpa baterai. "Dengan teknologi ini, kita bisa tetap menelepon saat baterai habis," ujarnya.

 

(Tin/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya