Eks Bos Facebook Akui Media Sosial Memecah Belah Masyarakat

Menurut eks VP Facebook ini, media sosial telah mengikis fondasi inti cara orang berperilaku antara satu sama lain.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 16 Des 2017, 14:00 WIB
Diterbitkan 16 Des 2017, 14:00 WIB
Ilustrasi Twitter dan Sosial Media
Ilustrasi Twitter, Jejaring Sosial, Media Sosial. Kredit: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Pernyataan mengejutkan kembali datang dari salah seorang mantan petinggi Facebook. Kali ini giliran mantan VP Facebook, Chamath Palihapitiya, yang menyebut media sosial ternyata berdampak negatif.

Menurutnya, media sosial telah merusak cara hidup masyarakat. Sejak era media sosial, masyarakat tidak lagi memperhatikan tatanan yang ada, tak ada lagi kerja sama, ternyata penyebaran informasi yang salah, hingga tak ada rasa percaya.

"Ini adalah masalah global. Media sosial telah mengikis fondasi inti cara orang berperilaku antara satu sama lain," tuturnya, seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (16/12/2017). Palihapitiya pun mengakui telah melarang anaknya menggunakan media sosial.

Ia pun menyarankan agar pengguna berani mempertimbangkan ulang hubungannya dengan media sosial. Bahkan, ia menyarankan para pengguna untuk berhenti memakai media sosial.

Menanggapi pernyataan itu, Facebook menyebut bahwa Palihapitiya sudah tak lagi bekerja di raksasa media sosial itu dalam enam tahun terakhir. Untuk informasi, Palihapitiya memang telah meninggalkan Facebook pada 2011.

Juru bicara Facebook Susan Glick menuturkan, saat itu Facebook merupakan perusahaan yang berbeda dari saat ini. Sebab, perusahaan memang berfokus untuk mengembangkan platformnya ke seluruh dunia.

"Ketika itu Facebook memang perusahaan yang berbeda dari saat ini. Kini, kami telah tumbuh dengan rasa tanggung jawab dan mengambil peran kami dengan sangat serius. Kami juga bekerja keras untuk memperbaiki diri," tuturnya.

Perusahaan juga terus melakukan riset untuk memastikan Facebook menjadi platform yang berguna bagi banyak pengguna. CEO Facebook Mark Zuckerberg juga disebut tak segan mengurangi keuntungan agar tak ada campur tangan dari pihak lain.

 

Bukan yang Pertama

Pernyataan semacam ini sebenarnya bukan pertama kali meluncur dari mantan petinggi Facebook. Sebelumnya, mantan presiden Facebook, Sean Parker, menyebut media sosial itu telah membuat penggunanya kecanduan.

Alasannya, Facebook telah berkembang dengan cepat dan mengubah hubungan yang dilakukan dalam masyarakat. Ia tak segan menyebut Facebook telah memanfaatkan celah pada psikologi manusia.

Menurutnya, unggahan yang mendapatkan beragam "Like" atau komentar, telah menjadi semacam dopamin bagi pengguna. Jadi, media sosial selalu mencari celah agar pengguna dapat menghabiskan sebanyak mungkin waktunya di layanan tersebut.

"Para pencipta, kreator--seperti aku, Mark (Zuckerberg), dan Kevin Systrom (Instagram), seluruh orang ini sebenarnya mengetahui hal tersebut. Dan kami tetap melakukannya," tuturnya.

Selain Parker, salah satu sosok penting yang turut mengembangkan tombol "Like" di Facebook juga mengaku tak lagi mengakses aplikasi media sosial itu. Ia merasa godaan untuk menggunakan media sosial dan aplikasi lain setara dengan kecanduan heroin.

(Dam/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya