Badan Intelijen AS Tak Percaya Huawei dan ZTE, Kenapa?

FBI dan CIA mengungkapkan ketidakpercayaan mereka terhadap Huawei dan ZTE.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 15 Feb 2018, 12:31 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2018, 12:31 WIB
Tiongkok Klaim Hancurkan Operasi CIA di China dan Bunuh Informan
Ilustrasi CIA ( SAUL LOEB / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Ambisi Huawei untuk menguasai pasar Amerika Serikat mendapat hambatan, bukan dari rival bisnis, melainkan dari para badan intelijen.

Total enam badan intelijen Amerika Serikat mengimbau kewaspadaan dalam memakai produk Huawei dan ZTE karena masalah perlindungan informasi. 

Petinggi FBI, CIA, dan NSA kompak dalam menyuarakan ketidakpercayaan mereka terhadap dua produk asal Tiongkok tersebut.

Hal itu disampaikan di hadapan Senate Intelligence Committee (Komite Intelijen Senat).

Direktur FBI dan CIA juga menyampaikan pendapat mereka yang memberikan rekomendasi pada rakyat AS agar tidak memakai produk-produk yang dicurigai, seperti yang dilansir dari CNBC, Kamis (15/2/2018).

"Kami memiliki kekhawatiran mendalam perihal risiko membiarkan perusahaan atau badan apa pun milik pemerintahan asing yang tidak berbagi nilai-nilai kita yang miliki untuk mengambil posisi berkuasa pada jaringan telekomunikasi kita," ucap Direktur FBI Christopher Wray.

Hal itu ditenggarai adanya kecurigaan potensi memodifikasi atau mencuri informasi untuk kepentingan jahat, serta dalam melaksanakan spionase.

Baru-baru ini, Senator Tom Cotton dari Arkansas dan Senator Marco Rubio dari Florida mengajukan RUU yang memblokir pemerintah AS untuk membeli atau menyewa perlengkapan jaringan dari ZTE maupun Huawei.

Ini bukan pertama kalinya Huawei tersandung masalah di AS. Pada 2012, Huawei dan ZTE sudah dicurigai oleh komite intelijen AS akibat adanya potensi tindak spionase.

Reaksi Huawei

Peluncuran smartphone Huawei P8
CEO of Huawei Technologies Consumer Business Group, Richard Yu (Liputan6.com/Trimutia Hatta)

Huawei melalui juru bicaranya memastikan konsumen, perusahaan tidak memilliki niat untuk mengancam dan berpotensi melakukan serangan terhadap keamanan siber.

Perusahaan yang didirikan di Kota Shenzhen ini juga menganggap pemerintah AS semata berusaha menghambat bisnis mereka.

"Huawei sadar lingkup aktivitas-aktivitas pemerintahan AS yang sepertinya bertujuan menghambat bisnis Huawei di pasar AS," kata seorang juru bicara dalam pernyataannya.

Selain itu, Huawei juga menunjukkan bahwa perusahaan mereka dipercaya oleh 170 negara di dunia.

"Huawei dipercaya oleh pemerintah dan pelanggan di 170 negara di seluruh dunia dan tidak memberikan risiko keamanan siber yang lebih besar dari vendor ICT mana pun," ia melanjutkan.

Huawei di Indonesia

Guo Ping, Deputy Chairman of Board, Rotating CEO Huawei
Guo Ping, Deputy Chairman of Board, Rotating CEO Huawei. Liputan6.com/Perbrian Eko Wicaksono

Di Indonesia, Huawei mendukung optimalisasi teknologi cloud dan pita lebar untuk mendorong transformasi digital Indonesia.

"Huawei meyakini bahwa peningkatan investasi infrastruktur digital yang berkelanjutan, terutama dalam pita lebar dan adopsi teknologi cloud adalah landasan untuk transformasi digital Indonesia," kata Arri Marsenaldi, Executive Product Manager Huawei Indonesia dalam siaran pers yang diterima Tekno Liputan6.com.

Menurut laporan Huawei Global Connectivity Index 2017, potensi kemampuan Big Data dan Internet of Things (IoT) telah dimanfaatkan secara penuh di pemerintah dan sektor swasta di negara-negara yang tingkat adopsi cloud di tempatnya mencapai lebih dari 3 persan dari total investasi Teknologi Informasi (IT).

Namun sayangnya, di Indonesia tingkat adopsi cloud dalam ekosistem digital tanah air masih tergolong rendah.

Arri menjelaskan, sebetulnya banyak pelaku industri di Indonesia yang ingin melakukan transformasi digital. Akan tetapi, ekosistem bisnisnya masih tidak dibekali kemampuan memadai untuk menentukan strategi tepat agar dapat kompetitif di era +Intelligence.

(Tom/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya