Nokia PHK 353 Karyawan di Finlandia, Kenapa?

Nokia melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 353 karyawannya di Finlandia, apa penyebabnya?

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 29 Mar 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2018, 17:00 WIB
Nokia 8
Model memegang Nokia 8 yang resmi meluncur di Indonesia. Liputan6.com/ Agustinus Mario Damar

Liputan6.com, Jakarta - Nokia memutuskan untuk merumahkan 353 karyawan di negara asalnya, Finlandia, pada tahun ini.

Mengutip laporan Reuters yang Tekno Liputan6.com kutip Kamis (29/3/2018), pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan ini dilakukan lantaran melemahnya pasar jaringan global.

Alasan lain yang membuat Nokia melakukan PHK lantaran merupakan bagian dari rencana penghematan biaya perusahaan.

Jumlah karyawan yang kena PHK ini lebih sedikit dibandingkan rencana awalnya, di mana Nokia berencana mengurangi hingga 425 karyawan.

Berdasarkan rencana, sebanyak 283 posisi akan diambil dari divisi bisnis jaringan, bisnis andalan perusahaan. Sementara, 70 posisi akan dikurangi dari unit Technologies, yang mencakup bisnis operasi lisensi Nokia dan bisnis kesehatan digital.

Secara global, Nokia disebut-sebut ingin melakukan penghematan senilai US$ 1,5 miliar tiap tahunnya menyusul dilakukannya proses akuisisi Alcatel-Lucent pada 2016.

Terlebih, lemahnya pasar peralatan dan jaeingan mendorong Nokia untuk melakukan pemutusan hubungan kera pada sebagian karyawannya.

Sekadar diketahui, saat ini Nokia memiliki anak buah sebesar 6.300mAh di Finlandia dan 102.800an karyawan di seluruh dunia.


Bukan Kali Pertama

Nokia Bakal Luncurkan Perangkat Virtual Reality?
Kali ini, Nokia memberanikan diri terjun ke dunia virtual reality dengan mempersiapkan perangkat headset VR perdananya

Nokia memastikan akan menyetop pengembangan kamera virtual reality Ozo. Penutupan bisnis virtual reality ini membuat Nokia harus memutus hubungan kerja dengan setidaknya 310 karyawan di Finlandia, Amerika Serikat, dan Inggris.

Sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari The Verge, Rabu (11/10/2017), penyebab Nokia menutup divisi virtual reality lantaran perkembangan pasar virtual reality yang dinilai lebih lambat dari perkiraan.

Sebagai gantinya, perusahaan akan lebih fokus pada paten lisensi dan pengembangan kesehatan digital.

Sekadar diketahui, dua tahun lalu Nokia memperkenalkan sistem kamera Ozo dan memposisikannya sebagai perangkat high-end bagi para pembuat film dengan output video 360 derajat.

Kamera ini mulanya dijual US$ 60.000 atau sekitar Rp 810,8 juta. Selanjutnya, Nokia pun memangkas harganya menjadi US$ 45.000 atau sekitar Rp 608,1 juta


Bidik Posisi 2 Besar di Indonesia

Nokia jadul
Main game di Nokia jadul

Sebelumnya, pemilik lisensi produk Nokia, HMD Global optimistis Nokia bisa kembali jaya di pasar smartphone. Setidaknya di pasar Indonesia, merek Nokia ditargetkan akan menempati posisi tiga besar dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun ke depan.

Menurut Organized Trade Lead Nokia HMD, Affanick Hamim, performa penjualan smartphone Nokia di berbagai pasar menunjukkan respons positif dari para konsumen. Pasar regional seperti Vietnam, India, dan Tiongkok memberikan respons baik terhadap Nokia 3, 5, dan 6..

Ia yakin hal serupa juga akan terjadi di Indonesia. Nokia pun diklaim akan bisa menghadapi segala tantangan untuk menguatkan kembali posisinya di pasar smartphone.

"Target kami bisa berada di posisi tiga besar di Indonesia kurang dari tiga tahun ke depan. Dengan performa yang kami punya di pasar lain, kami yakin tidak ada tantangan yang tidak bisa kami atasi," ungkap Affanick saat ditemui dalam acara media gathering Erajaya Group dan Nokia Android di Jakarta.

Jajaran smartphone Nokia berbasis sistem operasi (OS) Android, kata Affanick, tidak hanya menyuguhkan kualitas dan desain yang diklaim dapat memikat konsumen Indonesia. Pure Android yang diusung Nokia, serta keamanan yang dimilikinya juga menjadi keunggulan.

(Tin/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya