Liputan6.com, Jakarta - Nokia memastikan akan menyetop pengembangan kamera virtual reality Ozo. Penutupan bisnis virtual reality ini membuat Nokia harus memutus hubungan kerja dengan setidaknya 310 karyawan di Finlandia, Amerika Serikat, dan Inggris.
Sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari The Verge, Rabu (11/10/2017), penyebab Nokia menutup divisi virtual reality lantaran perkembangan pasar virtual reality yang dinilai lebih lambat dari perkiraan.
Advertisement
Baca Juga
Sebagai gantinya, perusahaan akan lebih fokus pada paten lisensi dan pengembangan kesehatan digital.
Sekadar diketahui, dua tahun lalu Nokia memperkenalkan sistem kamera Ozo dan memposisikannya sebagai perangkat high-end bagi para pembuat film dengan output video 360 derajat.
Kamera ini mulanya dijual US$ 60.000 atau sekitar Rp 810,8 juta. Selanjutnya, Nokia pun memangkas harganya menjadi US$ 45.000 atau sekitar Rp 608,1 juta.
Meski telah memutuskan akan menutup bisnis virtual reality, dalam sebuah pernyataan pers, Nokia mengatakan akan mempertahankan komitmen pada pelanggan yang sudah membeli perangkat tersebut. Tak dijelaskan lebih lanjut maksud komitmen seperti apa yang akan dijalankan perusahaan.
Sekadar diketahui, Nokia kini mempekerjakan sekitar 1.090 karyawan di seluruh dunia untuk bidang teknologi. Dengan PHK tersebut, Nokia akan kehilangan sekitar sepertiga dari pegawainya di Nokia Technologies.
Dengan ditutupnya Ozo virtual reality, Nokia akan lebih fokus pada produk kesehatan digital, termasuk Withings. Sebuah perusahaan yang diakuisisi Nokia pada 2016.
"Nokia Technologies kini ada di titik dan fokus investasi yang tepat. Kami akan menumbuhkan perusahaan di pasar kesehatan digital," kata Presiden Nokia Technologies Gregory Lee dalam sebuah pernyataan.
(Tin/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: