Keren, Mahasiswa Ini Berhasil Garap Alat Pembaca Pikiran

Headset bernama AlterEgo ini membaca subvocalization untuk mengetahui kata-kata yang dipikirkan pengguna.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 09 Apr 2018, 15:30 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2018, 15:30 WIB
Headset
Tampilan AlterEgo, headset yang dapat membaca pikiran manusia (sumber: digital trends)

Liputan6.com, Jakarta - Headset yang dapat digunakan untuk membaca pikiran hingga saat ini hanya ditemui di kisah-kisah fiksi sains. Namun, nyatanya seorang mahasiswa dari Massachussetts Institute of Technology telah berhasil mengembangkannya.

Dikutip dari Digital Trends, Senin (9/4/2018), perangkat bernama AlterEgo ini dikembangkan oleh tim yang dipimpin oleh Arnav Kapur.

Menurut Kapur, ide di balik perangkat ini adalah membangun platform komputasi internal untuk perpanjangan kognisi manusia.

Adapun cara kerja headset ini tak benar-benar membaca pikiran pengguna, tetapi membaca kebiasaan yang diberi nama subvocalization.

Istilah itu sebenarnya merujuk pada kebiasaan manusia mengucapkan kata-kata yang dibacanya dalam kepala.

Jadi, purwarupa AlterEgo ini akan membaca perubahan dari subvocalization tersebut melalui 16 elektroda yang dimilikinya. Setelah itu, perangkat ini akan mencocokkan sinyal ke dalam jaringan otak khusus dan akan aktif begitu ada permintaan.

Headset ini juga didesain untuk mendukung speaker alami dengan memanfaatkan tulang kepala. Maksudnya, perangkat ini akan mentransmisikan suara langsung ke dalam telinga tanpa melalui earbud lagi.

Lantas, seperti apa kegunaan headset ini nantinya. Dalam demo yang ditampilkan, AlterEgo dapat digunakan untuk mengatur smart TV tanpa menggunakan kontroler atau perintah suara.

Selain itu, perangkat ini dapat membantu penggunanya untuk melakukan perhitungan singkat tanpa memerlukan bantuan alat hitung lagi. Bahkan, AlterEgo ini dapat membantu penggunanya memberikan analisis soal pergerakan lawan saat pertandingan go.


Punya Masa Depan Cerah

Telah Ditemukan, Alat untuk Membaca Pikiran Manusia
Bagiamana jika peneliti dapat menciptakan alat yang mampu membaca pikiran manusia , apakah itu mungkin terjadi?

Meski masih berupa purwarupa, perangkat ini disebut memiliki potensi yang menjanjikan. Hal itu juga didukung dengan pengembangan yang masih terus dilakukan oleh para peneliti.

Bahkan, para peneliti tak menutup kemungkinan mengembangkan perangkat ini jadi lebih kecil dari ukuran sekarang. Untuk informasi, purwarupa AlterEgo saat ini memang terbilang besar karena dipasang di wajah dan terhubung dengan dagu termasuk bagian belakang leher.

Salah seorang dosen, Patti Maes, menyebut headset ini dapat membantu penggunanya mendapatkan manfaat dari smartphone dan internet, tanpa perlu lagi melihat ke layar perangkat atau memanfaatkan earbud.

Profesor dari Georgia Tech, Thad Starner, juga menyebut alat ini dapat membantu seseorang saat berada dalam kondisi yang mengharuskannya tak mengeluarkan banyak suara.

Selain itu, untuk kebutuhan militer, perangkat ini dapat membantu para tentara berkomunikasi dalam situasi tertentu, termasuk membantu para penyandang tunawicara.


Magic Leap Pamer Headset Mixed Reality

Magic Leap
Penampakan headset Mixed Reality Magic Leap One. Foto: Magic Leap

Selain AlterEgo, headset yang tak kalah canggih juga sempat dipamerkan oleh Magic Leap akhir tahun lalu. Perusahaan itu memamerkan headset mixed reality bernama "Magic Leap One: Creator Edition" yang akan rilis tahun ini.

Jika melihat fisiknya, Magic Leap One mengusung bentuk berupa kacamata ala headset Virtual Reality (VR). Untuk menggunakan headset tersebut, pengguna harus mengenakan di bagian kepala layaknya mengenakan kacamata renang.

Secara fungsi, saat pengguna mengenakan headset, mereka akan langsung diperlihatkan objek-objek virtual yang bergerak di lingkungan aslinya.

Teknologi ini juga dipastikan tak akan menghalangi pandangan pengguna dari dunia nyata. Perangkat ini juga akan memproyeksikan gambar langsung ke retina melalui sistem optik yang dibangun dari kaca semitransparan.

Cara itu membuat mata bekerja sama ketika mengamati dunia nyata, dan tak memaksa pengguna menatap layar. Di sisi lain, hardware juga terus melakukan pemindaian ruang, mendengarkan suara-suara, melacak gerakan mata, dan memperhatikan pergerakan tangan.

Meski begitu, pengguna tidak bisa menyentuh atau memegang objek tersebut. Mereka cuma akan dibekali sebuah kontroler untuk mengontrol jarak pandang. 

(Dam/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya