Ingin Hapus Permanen Grup WhatsApp Karena Obrolan Berisik? Begini Caranya

Pernahkah kamu merasa tidak nyaman berada di sebuah grup WhatsApp yang berisik? Yuk, lekas hapus grup tersebut. Begini cara mudahnya.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 07 Mei 2018, 06:30 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2018, 06:30 WIB
WhatsApp Messenger
Sopan-santun di group chat WhatsApp kantor

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah kamu berada dalam sebuah group obrolan WhatsApp yang anggotanya sangat mengganggu dan berisik?

Misalnya saja, kamu ada di dalam grup yang anggota-anggotanya kerap bergunjing, nyinyir, atau menebar informasi palsu.

Atau kamu bahkan berada di grup yang sudah tidak lagi aktif setelah sebuah acara berakhir. Jika kamu masih bingung, berikut adalah cara menghapus grup tersebut.

Pertama, kamu bisa masuk ke aplikasi WhatsApp di smartphone kamu, lalu menuju ke grup yang ingin dihapus.

Untuk menghapus grup dari smartphone milik kamu, kamu bisa memilih untuk ke luar dari grup tersebut, caranya tap dan tahan grup pada nama group hingga muncul opsi untuk ke luar dari grup.

Lalu, akan ada kotak dialog yang memastikan apakah kamu benar-benar akan ke luar dari grup. Pilih EXIT.

Setelah exit dari grup, kamu bisa mengetap dan tahan grup di nama grup sekali lagi hingga di ikon grup terdapat tanda checklist.

Pada bagian antarmuka obrolan pun akan muncul opsi berbagai pilihan seperti pin, kotak sampah, dan mute. pilihlah opsi kotak sampah untuk menghapus grup tersebut.

Grup WhatsApp mengganggu pun akan hilang dari smartphone dan kamu akan terbebas dari obrolan-obrolan mengganggu di dalamnya.

Privasi WhatsApp Tak Aman

Apa Hukumnya Meninggalkan Sebuah Grup di Whatsapp?
Banyak alasan kenapa seseorang terpaksa "left group" di Whatsapp.

Kabar keluarnya Jan Koum dari WhatsApp memberi efek domino terkait keamanan aplikasi chatting tersebut, apalagi belakangan ini sedang muncul skandal penyalahgunaan data di media sosial.

Dilansir Lifehacker, Kamis (3/5/2018), Koum dikenal sebagai yang terdepan dalam melindungi data dan privasi pengguna, dan kepergiannya pun dikhawatirkan bisa melonggarkan privasi WhatsApp.

"Facebook sudah memanen beberapa data dari WhatsApp. Tanpa Koum sebagai pemimpin, mungkin saja hal itu bertambah," tulis Lifehacker.

Sebelumnya, The New York Times mengabarkan Koum keluar dari WhatsApp karena khawatir akan sikap Facebook terkait pengumpulan data pengguna.

Untuk diketahui, Facebook mengakuisisi WhatsApp pada 2014. Kala itu, Koum berjanji untuk terus melindungi privasi pengguna, dan berkata mereka tidak akan bermitra dengan Facebook bila hal itu melanggar visi WhatsApp terkait melindungi privasi.

Sayangnya, Facebook justru ketahuan lengah dalam melindungi data profil milik penggunanya. Pada pos perpisahannya di Facebook, Koum mengatakan akan menghabiskan "masa pensiun" dengan cara menikmati dunia otomotif dan bermain ultimate frisbee.

Koum pun berjanji akan terus mendukung WhatsApp meskipun bukan lagi bagian dari perusahaan tersebut.

Curi Data Pengguna

Liputan 6 default 2
Ilustraasi foto Liputan6

WhatsApp lagi-lagi dikabarkan bisa berpotensi mencuri data penggunanya. Namun WhatsApp yang dimaksud ternyata adalah WhatsApp abal-abal.

Informasi ini diungkap dari sebuah penelitian perusahaan riset Malwarebytes. Mereka mengklaim, ada aplikasi WhatsApp palsu bernama WhatsApp Plus. Aplikasi palsu tersebut memang tak bisa ditemukan di toko aplikasi Google Play Store apa Apple App Store, tetapi ia justru berseliweran di blog dan forum online secara bebas.

Kalau pengguna mengunduh dan membuka aplikasi tersebut, mereka akan langsung disuguhkan logo WhatsApp dengan warna emas. Di dalamnya, ada beberapa opsi untuk menyetujui ketentuan dan tombol melanjutkan.

Kalau tombol hijau di-tap, pengguna akan diinformasikan kalau WhatsApp yang diinstal adalah versi lama. Oleh sebab itu, pengguna bakal diberikan pilihan untuk mengunjungi laman Google Play Store untuk mengunduh versi terbaru WhatsApp atau memilih tombol download.

Karena repot beralih ke laman Play Store, pengguna justru akan memilih opsi download. Jika tombol ini ditekan, mereka akan dibawa ke sebuah laman yang bertuliskan bahasa Arab.

Malwarebytes mengatakan, WhatsApp palsu ini memiliki fitur yang justru tak ada di WhatsApp asli, yaitu menjalankan empat akun WhatsApp yang berbeda secara bersamaan dan menyembunyikan notifikasi 'typing' alias sedang mengetik.

Menurut informasi yang dilansir Express pada Minggu (8/4/2018), aplikasi tersebut juga berpotensi besar mencuri data pribadi korban, seperti nomor ponse, nama pengguna, bahkan isi dari pesan yang dikirim atau diterima.

(Tin/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya