Jack Ma Anggap Perang Dagang AS-Tiongkok Hal Paling Bodoh

"Perang dagang adalah hal yang paling bodoh di dunia ini," kata Jack Ma.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 06 Nov 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2018, 13:00 WIB
Jack Ma Bicarakan Digital Ekonomi di Depan Delagasi IMF-Bank Dunia
Pendiri Alibaba Group Jack Ma dalam diskusi panel “Disrupting Development” Pertemuan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali pada Jumat (12/10). Jack Ma mengatakan “pebisnis tak punya rasa takut, kompetitor yang seharusnya takut”.Liputan6.com/Angga Yuniar

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder sekaligus pendiri Alibaba Jack Ma menyebut perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok merupakan hal paling bodoh.

Apalagi, perang dagang antara kedua negara berpengaruh di dunia ini kian meluas.

Salah satu orang terkaya di Tiongkok ini memperingatkan, perang dagang tersebut bisa berlangsung selama dua dekade.

"Perang dagang adalah hal yang paling bodoh di dunia ini," kata Jack Ma di China International Import Expo di Shanghai, sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari Time, Selasa (6/11/2018).

Jack Ma menganggap, perang dagang ini tidak ada gunanya mengingat negara-negara Asia kini tengah menjadi konsumen terbesar bagi barang-barang dari luar negeri.

Hal ini tidak dimungkiri karena adanya peran internet, bertumbuhan lapangan pekerjaan, dan tidak lagi menggunakan manufaktur jadul.

Jack Ma selaku pemilik kerajaan bisnis di Tiongkok memang telah menjadi musuh utama dari penerapan tarif pajak bernilai besar untuk barang-barang Tiongkok yang masuk ke AS.

Kini, fokus utama Presiden Donald Trump memang untuk mengambil kembali pendapatan AS (yang nilainya mencapai US$ 423 miliar) yang selama ini dinilai telah masuk ke Tiongkok. Caranya dengan menerapkan bea pajak masuk produk Tiongkok ke AS dengan nilai tinggi.

Meskipun Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping dikabarkan akan bertemu dalam beberapa waktu mendatang, kedua negara masih jauh terpisah, terutama dari segi hubungan perdagangan dan akses pasar.

Gagal Buka 1 Juta Lowongan Kerja di Tiongkok

Pendiri ALibaba Group Jack Ma bertemu dengan para menteri dan pengusaha asal Indonesia untuk menindaklanjuti rencana kerjasama penignkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). (Ilyas/Liputan6.com)
Pendiri ALibaba Group Jack Ma bertemu dengan para menteri dan pengusaha asal Indonesia untuk menindaklanjuti rencana kerjasama penignkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). (Ilyas/Liputan6.com)

Miliarder Tiongkok Jack Ma pernah berjanji untuk membuka 1 juta lowongan pekerjaan di Amerika Serikat (AS).

Tampaknya, Jack Ma bakal gagal merealisasikan janjinya gara-gara perang dagang yang terjadi antara Tiongkok dan AS baru-baru ini.

Waktu itu, Jack Ma mengungkapkan janjinya saat bertemu dengan Presiden AS Donald Trump.

Sayangnya, dalam sebuah wawancara terbaru dengan kantor berita Tiongkok Xinhua, Jack Ma mengatakan gelombang tarif ekspor baru yang diberlakukan oleh pemerintah AS ke Tiongkok dalam beberapa bulan terakhir telah merusak rencana itu.

"Janji tersebut atas dasar kerja sama antara Tiongkok dengan AS yang ramah dan hubungan perdagangan bilateral yang wajar. Namun situasi saat ini telah menghancurkan dasar tersebut. Janji ini tidak bisa diselesaikan," kata Jack Ma.

Analis sebelumnya sempat ragu dengan janji Jack Ma yang diucapkan setelah Trump dan Jack Ma bertemu di Trump Tower, New York, Januari 2017.

"Jack dan saya akan melakukan berbagai hal besar bersama," kata Trump.

Ramalkan Perang Dagang Hingga 20 Tahun

Jack Ma
Jack Ma dalam pertemuan tahunan World Economic Forum yang digelar di Davos, Swiss (18/1/2017) (AP)

Masih dalam wawancara dengan Xinhua, Jack Ma mengatakan, meski dirinya tidak bisa memenuhi janji membuat lapangan pekerjaan, dirinya tidak akan berhenti mempromosikan pengembangan perdagangan antara Tiongkok dan AS.

Jack Ma juga mendeskripsikan ketakutan terhadap perang dagang yang menurutnya bisa berlarut-larut hingga 20 tahun lamanya.

"Perang dagang ini bakal berlangsung lama dan merusak," tutup Jack Ma.

(Tin/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya