Liputan6.com, Jakarta - Ilmuwan NASA mendaulat Saturnus sebagai planet paling cantik di Tata Surya.
Bukan tanpa alasan, Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut beranggapan bahwa 'kecantikan' Saturnus terpancar dari cincin yang mengelilinginya.
Baca Juga
Mereka menyebut Saturnus sebagai 'perhiasan' Tata Surya karena memiliki cincin yang berwarna pink bercampur abu-abu dan coklat, begitu indah layaknya lukisan dinding yang menghipnotis. Demikian dikutip Techno Buffalo pada Senin (17/12/2018).
Advertisement
Cincin Saturnus diketahui terbuat dari triliunan partikel debu, bebatuan dan es yang mengorbit planet dengan kecepatan ratusan mil per jam.
Ukuran partikel ini bervariasi, mulai dari sekecil onggokan pasir hingga sebesar gedung pencakar langit.
Pihak NASA mengungkap, cincin Saturnus memiliki ketebalan dari 30-300 kaki yang dapat 'membungkus' planet hingga 175.000 mil jauhnya.
Meski bertahtakan cincin raksasa yang cantik, nyatanya para ilmuwan khawatir akan kondisi cincin ini.
Mereka berkata, cincin Saturnus memiliki sejumlah 'kecacatan' serius yang dapat menyebabkan kondisi planet memburuk.
"Anda tidak bisa melihatnya karena kerusakan cincin ditutupi debu awan di sekitarnya. Kecacatan ini berupa lubang-lubang kecil yang mampu membuat gravitasi Saturnus menjadi tak seimbang," kata John Weiss, salah satu ilmuwan NASA yang mengamati pola cincin Saturnus.
Sehari di Saturnus Lebih Singkat daripada Bumi
Selain kecantikannya, ada fakta menarik lain soal planet Saturnus. Ternyata, durasi di Saturnus lebih pendek daripada Bumi.
Ya, jumlah durasi dalam satu hari di Planet Cincin tersebut diprediksi hanya berkisar sekitar 10 jam.
Sementara, satu hari di Bumi menghabiskan waktu 24 jam. Seperti dikutip Daily Mail, Minggu (9/9/2018), para astronom dari Imperial College London meneliti 'misteri' berapa jam yang dihabiskan dalam sehari di Saturnus.
Sayang, hingga detik ini mereka masih belum bisa memastikan apakah 10 jam dalam sehari itu terjadi setiap hari atau hanya di waktu tertentu.
"Rasanya seperti mencari jarum di tumpukan jerami yang berubah bentuk dan warna. Kita tak bisa memprediksi secara pasti berapa jam yang dihabiskan dalam sehari di planet itu. Hingga kini, kami baru bisa menelaah bahwa satu hari di Saturnus setidaknya memakan waktu 10 jam 47 menit," ujar Michele Dougherty, pimpinan astronom dari Imperial College London.
Dougherty juga menjabat sebagai Principal Investigator untuk instrumen magnetometer di pesawat Cassini.
Instrumen tersebut berada di dalam pesawat probe yang ditugaskan untuk mendeteksi sinyal pada medan magnet Saturnus. Setelah diteliti lebih dekat, sinyal medan magnet menunjukkan gelombang yang berulang setiap 10 jam 47 menit.
"Patokan kami sampai sekarang baru dari itu saja (data yang diambil instrumen magnetometer Cassini). Akan tetapi, periode ini bisa jadi berbeda jika kita mengamati belahan di bagian utara atau selatan Saturnus," Dougherty melanjutkan.
Ditambahkan olehnya, waktu harian di Saturnus sepertinya juga bisa berubah sesuai dengan musim yang berlangsung. Jadi, 10 jam dalam satu hari di Saturnus merupakan prediksi waktu paling pendek.
"Satu hari di sana memang lebih pendek dari Bumi, jika kami menemukan data dari medan magnet di bagian Saturnus lainnya, kami yakin tidak akan selama di Bumi (24 jam)," timpalnya.
NASA sendiri menggunakan medan magnet dan radio dari emisi gelombang planet untuk menguak misteri tersebut.
Awalnya, kesulitan bermula karena awan di Saturnus berputar dalam kecepatan yang tidak stabil.
Karena itu, mereka memanfaatkan panas dari cairan konduktif elektrik planet yang menghasilkan gelombang data dari medan magnet.
Â
Â
Advertisement
Saturnus Juga Dinobatkan Jadi Planet Paling Fotogenik
Saturnus juga dinobatkan sebagai planet paling fotogenik di Tata Surya. Klaim tersebut diakui langsung oleh Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA.
Menurut informasi yang dilansir Cosmos Magazine, Kamis (9/8/2018), NASA beralasan, kecantikan Planet Saturnus terbukti dari deretan fotonya yang diambil langsung oleh Teleskop Luar Angkasa milik NASA, yakni Hubble.
Selain itu, Saturnus merupakan satu-satunya planet yang memiliki cincin, hal tersebut menjadi nilai tambah tersendiri yang membuat planet ini menjadi lebih unik dibanding yang lain.Â
Seperti diketahui, Hubble telah mengamati si planet cincin sejak 6 Juni 2018 dalam jarak 2,2 miliar kilometer dari Bumi.Â
Dalam pengamatan tersebut, Hubble berhasil mengabadikan pesona Saturnus dari kegelapan.
Dari situ, foto-foto yang diambil memperlihatkan planet tersebut merona terang secara mistis dan dramatis.
Â
Inilah Potret Terakhir Planet Saturnus
Setelah 13 tahun di luar angkasa, pesawat eksplorasi planet Saturnus milik NASA, Cassini, telah 'menghancurkan' diri dengan terjun ke atmosfer planet mulai September 2017.
Sebelum Cassini mengakhiri hidupnya, ia sudah lebih dulu mengirimkan 42 foto eksklusif si planet cincin ke NASA. Ilmuwan pencitraan NASA menggunakan foto-foto yang diterima dengan menciptakan mosaik wajah Saturnus secara utuh.
Diungkap NASA, foto tersebut diabadikan Cassini sesaat sebelum ia menuju lapisan atmosfer planet. Foto memperlihatkan wajah Saturnus dalam kegelapan bersimbah cahaya kecoklatan, dengan nuansa mistis dan dramatis.
"Perjuangan Cassini benar-benar spektakuler. Kami tak menyangka tugasnya di luar angkasa sana bisa melampaui ekspektasi. Dari detail kecil seperti partikel cincin planet, gambar lanskap bulan Titan dan Encelandus, hingga interior mendalam Saturn, semua telah ia abadikan dalam foto-foto dramatis," ujar Robert West, Deputy Imaging Team Leader NASA Jet Propulsion Laboratory.
Berikut fotonya:
Dengan foto terakhir bidikan Cassini tersebut, NASA percaya foto ini akan menjadi salah satu bukti pencapaian tersukses bahwa mereka memang mampu menjamah Saturnus yang lokasinya jauh dari Bumi.
(Jek/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement