Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, muncul sebuah aplikasi Android yang menjanjikan pengguna perangkat Samsung mendapatkan pembaruan firmware dan keamanan.
Namun pada kenyataanya, aplikasi yang bernama 'Update for Samsung' itu bakal mengarahkan pengguna ke sebuah laman penuh dengan iklan.
Tak hanya itu, pembuat aplikasi Samsung palsu itu juga bakal menagih bayaran bilamana pengguna Android ingin mengunduh update firmware.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip laporan Aleksejs Kuprins, CSIS Security Group via The Next Web, Sabtu (6/7/2019), aplikasi 'Update for Samsung' ini sudah diunduh lebih dari 10 juta kali.
"Selain penuh dengan iklan dan tidak berafiliasi dengan Samsung, aplikasi ini menawarkan layanan langganan berbayar untuk bisa mengunduh firmware yang dimaksud," tulis Kuprins.
Ia menambahkan, "Pengguna bisa berlangganan setahun untuk bisa men-download update firmware Samsung seharga Rp 492 ribu, padahal pembaruan firmware itu gratis."
Informasi, aplikasi Android palsu seperti ini tidak hanya menipu kamu untuk mendapatkan uang dengan cepat, tetapi juga berpotensi mencuri data pribadi.
Berkaca dengan semakin maraknya peredaran aplikasi palsu dan berbahaya, Google memang harus meningkatkan keamanan di Play Store untuk menghindari semakin menjamurnya aplikasi-aplikasi semacam itu.
Deretan Aplikasi Berbahaya Jadi Masalah Utama Android
Sebuah studi yang dilaksanakan dua tahun berturut-turut mengungkap masalah utama pada Android.
Hasil studi tersebut mengungkap, aplikasi-aplikasi berbahaya merupakan masalah signifikan yang ada pada Android. Demikian sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari Softpedia, Rabu (26/6/2019).
Padahal, Google telah melakukan berbagia hal untuk meningkatkan keamanan bagi penggunanya.
Tim peneliti dari Data61, bagian dari University of Sidney dan Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) membuat sistem analisis aplikasi canggih yang mengandalkan jaringan bernama convolutional untuk memindai aplikasi dan menentukan kesamaan, termasuk ikon aplikasi.
Aplikasi-aplikasi berbahaya, termasuk kloningan yang berupaya melakukan metode scam terhadap pengguna maupun perangkat, biasanya memakai ikon yang menyerupai aplikasi populer guna menipu pengguna supaya mau mengunduhnya.
Penelitian ini juga bergantung pada performa pemindaian anti-malware VirusTotal, termasuk pemeriksaan izin dan pustaka iklan pihak ketiga untuk melihat aplikasi yang merusak perangkat yang dipasangi.
Advertisement
Terlalu Banyak Aplikasi Berbahaya
Hasil penelitian tersebut, dari satu juta aplikasi yang diperiksa, ada sekitar 50 ribu aplikasi yang menyertakan kesamaan dengan aplikasi populer di Play Store.
"Kami menemukan 2.040 pemalsuan potensial yang mengandung malware dalam 49.608 aplikasi yang menunjukkan kemiripan tinggi dengan salah satu dari 10 ribu aplikasi populer teratas di Google Play Store," kata penelitian tersebut.
Tidak hanya itu, tim peneliti juga menemukan 1.565 pemalsuan potensial yang meminta lima izin berbahaya tambahan dari aplikasi asli.
(Ysl/Isk)