Pembangunan Selesai, Palapa Ring Timur Jalani Pengujian Stabilitas

Pemerintah sedang melakuan pengujian stabilitas untuk memeriksa kesiapan infrastruktur Palapa Ring Timur secara teknis sebelum memasuki tahap komersialisasi.

oleh Andina Librianty diperbarui 22 Agu 2019, 16:54 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2019, 16:54 WIB
Dirut Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI), Anang Latif.
Dirut Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI), Anang Latif. Liputan6.com/Andina Librianty

Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan Palapa Ring Timur sudah selesai. Saat ini, pemerintah sedang melakuan pengujian stabilitas untuk memeriksa kesiapan infrastrukturnya secara teknis sebelum memasuki tahap komersialisasi.

"Paket Timur sudah selesai, sudah tidak ada aktivitas fisik di lapangan. Sekarang sedang dalam stability test (pengujian stabilitas) untuk memastikan kualitas jaringannya sudah memenuhi standar teknis internasional," ujar Dirut Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI), Anang Latif, di Jakarta, Kamis (22/8/2019).

Dijelaskan Anang, pengujian stabilitas ini berarti membiarkan perangkat Palapa Ring Timur terhubung ke koneksi dengan sejumlah beban trafik. Dari simulasi beban trafik ini, nantinya dapat dilihat apakah kualitasnya sudah memenuhi standar teknis internasional atau belum.

Ia memerkirakan, pengujian ini akan selesai paling lambat pada pertengahan November 2019. Namun, tidak tertutup kemungkinan pengujian ini bisa lebih cepat. Setelah itu, jaringan serat optik tersebut baru dikomersialkan.

"Kita lihat update di lapangan. Setelah stability test selesai, maka siap untuk komersial. Setelah itu, maka selesailah semua paket Palapa Ring," tutur Anang.

Dilirik Operator dan Skema Tarif

Anang mengungkapkan sejauh ini sudah ada operator telekomunikasi yang tertarik pada Palapa Ring Timur, yakni Telkom, Indosat, dan XL Axiata.

"Sambil menunggu stability test selesai, kami mulai mengumpulkan operator dan sudah banyak yang minta. Ketertarikan mereka ini sangat bergantung pada strategi bisnis masing-masing, misalnya Telkom, yang sudah memiliki penetrasi di Papua, bisa menjadikan ini (Palapa Ring Timur) sebagai backup," jelasnya.

Mengenai skema tarif penggunaan infrastruktur paket Timur, kata Anang, akan sama dengan Tengah dan Barat, yang telah selesai lebih dahulu. Namun, besaran nilainya akan berbeda mengingat capex atau pengeluaran modal di wilayah Timur jauh lebih besar dibandingkan Tengah dan Barat.

"Skema tarif sama dengan paket Barat dan Tengah, tetapi besaran nilainya berbeda. Karena capex untuk di paket Timur beda dengan Barat per kilometernya. Namun, bedanya tidak sampai dua kali liipat," kata Anang.

 

Skema Tarif

Skema tarif penggunaan layanan serat optik ini diumumkan pertama kali oleh BAKTI pada September 2018. Kala itu, Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kemkominfo tersebut mengumumkan skema tarif untuk Palapa Ring Barat yang telah mulai beroperasi pada tahun lalu.

Berdasarkan keterangan BAKTI, terdapat dua skema tarif yaitu penyediaan kapasitas pita lebar atau bandwidth dan kabel serat optik pasif atau dark fibre.

Penetapan tarif penyediaan kapasitas pita lebar dilakukan berdasarkan nilai investasi, harga pasar, dan jumlah pengguna jasa. Setiap pengguna jasa ini hanya dapat menggunakan kapasitas pita lebar maksimal sebesar 10 Gbps.

Sementara tarif penyediaan kabel serat optik pasif, ditetapkan berdasarkan pertimbangan biaya per unit layanan dengan memerhatikan nilai investasi, panjang dan lokasi kabel, dan harga pasar.

(Din/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya