Liputan6.com, Jakarta - Virus ganas Ebola masih menghantui sebagian penduduk dunia. Namun, dengan sebuah pemodelan komputer canggih, serangan virus Ebola bisa terlacak lebih mudah.
Untuk menemukan di mana serangan virus Ebola berikutnya, pemodelan komputer ini bakal memprediksi perubahan lingkungan di masyarakat. Pasalnya perubahan lingkungan bisa mempengaruhi penyebaran virus Ebola.
Advertisement
Baca Juga
Dalam laporan The Verge yang dikutip Tekno Liputan6.com, Kamis (17/10/2019), pemodelan komputer ini memprediksi, jika dunia terus mengalami pemanasan global dan ekonomi kian sulit, serangan virus Ebola bisa mencapai 60 persen pada 2070.
Sekadar informasi, rata-rata, virus Ebola membunuh setengah dari korban yang diserangnya. Dalam serangan sebelumnya, tingkat kematian akibat virus ini telah mencapai 90 persen.
Untuk itu dibutuhkan kemampuan untuk memprediksi di mana serangan Ebola berikutnya guna menyelamatkan ribuan nyawa. Dipercaya, jika manusia mampu menemukan letak serangan, mereka bisa melakukan perawatan dan menghentikan penyebaran virus.
Profesor Global Health University of Washington Kristie Ebi mengatakan, masa depan tidaklah pasti, tetapi para pembuat kebijakan ingin mengetahui berbagai kemungkinan di masa depan.
"Untuk itu, kita perlu informasi mengenai apa yang terjadi, sehingga kita bisa lebih siap," tutur dia.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Permodelan Komputer
Kini, pemodelan komputer bisa dipakai untuk mencari tahu di mana harus memvaksin orang sebelum wabah terjadi.
Penulis utama studi pemodelan komputer David Redding menyebut, pemodelan ini juga memungkinkan pemerintah untuk mengambil langkah cepat, di perbatasan mana wisatawan yang terjangkit mungkin menyebarkan penyakit.
Redding berharap, pemodelan komputer ini bisa membuat orang memikirkan semua faktor yang bisa menyebabkan Ebola menyebar. Misalnya, kata Redding, perubahan masyarakat, perilaku hewan, hingga lingkungan yang telah berubah.
"Dengan memahami hal-hal tersebut, kita akan bisa menangani masalah-masalah kompleks semacam ini," kata Redding.
Untuk mengetahui serangan virus Ebola pada tahun 2070, peneliti mengembangkan model matematika baru dan mempertimbangkan skenario berbeda.
Advertisement
Nigeria
Antara lain adalah bagaimana dunia bisa bekerja sama untuk mengurangi ketidaksetaraan, memperlambat pertumbuhan populasi, dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Para peneliti melihat kemungkinan wabah baru melonjak, kecuali orang mengambil tindakan untuk mengurangi faktor-faktor risiko tersebut.
Untuk mengurangi risiko, para ilmuwan menggunakan pemodelan untuk menganalisa data perubahan iklim, penggunaan lahan, pertumbuhan populasi, dan kemiskinan.
Pemodelan ini mampu memberikan identifikasi yang akurat terkait serangan virus Ebola. Misalnya negara yang telah diserang adalah Kongo dan Gabon, serta kemungkinan Nigeria. Adapun Nigeria belum diserang oleh virus Ebola, tetapi prediksi ini bisa digunakan untuk meningkatkan infrastruktur kesehatan di sana guna mengantisipasi risiko.
Pemodelan ini bisa dipakai untuk menangani masalah. Namun pertama yang perlu dilakukan adalah meyakinkan seberapa akurat prediksi dari pemodelan komputer tersebut.
(Tin/Why)