Liputan6.com, Jakarta - Perancang cip ARM akan melanjutkan kerja sama dengan Huawei. Tim legal ARM memutuskan teknologi cip miliknya berasal dari Inggris dan tidak akan melanggar kebijakan Amerika Serikat (AS), sehingga bisa kembali bekerja sama dengan Huawei.
Dilansir dari Reuters, Senin (28/10/2019), Huawei menggunakan cetak biru ARM untuk mendesain prosesor yang menyokong smartphone besutannya. Hubungan kedua perusahaan sempat terancam selama beberapa bulan lalu.
Advertisement
Baca Juga
ARM pada Mei lalu menghentikan hubungan bisnis dengan Huawei, setelah AS melarang perusahaan-perusahaan negaranya berbisnis dengan Huawei, termasuk menggunakan produk buatan AS. Kembalinya ARM akan mengurangi tekanan yang dihadapi Huawei.
Huawei sampai saat ini masih kesulitan menggunakan produk-produk AS, termasuk aplikasi buatan Google. Meski perusahaan mendapatkan penangguhan hukuman hingga November 2019, Huawei tetap kehilangan akses terhadap beberapa teknologi.
Adapun cip eksklusif Huawei, seperti prosesor mobile Kirin 990, dan chipset AI Ascend 910 dibangun di atas arsitektur desain ARM.
"v8 dan v9 milik ARM adalah teknologi yang berasal dari Inggris. ARM dapat memberikan dukungan kepada HiSilicon untuk arsitektur v8-A, serta generasi berikutnya dari arsitektur ini. Hal ini berdasarkan tinjauan komprehensif dari kedua arsitektur yang telah ditentukan berasal dari Inggris," ungkap juru bicara ARM kepada Reuters melalui surat elektronik.
Komunikasi dengan Pihak AS
Sejauh ini belum jelas apakah larangan AS akan memengaruhi desain arsitektur cip ARM di luar generasi Arm v8-A.
"ARM secara aktif berkomunikasi dengan pejabat departemen mengenai segala dukungan untuk mitra kami HiSilicon. Kami tetap yakin kami beroperasi dalam parameter pedoman," ujar juru bicara tersebut.
Huawei saat ini berada di tengah sengketa perang dagang antara AS dan Tiongkok. Pemerintah AS menuding Huawei mengancam keamanan nasional karena peralatannya dapat digunakan oleh pemerintah Tiongkok untuk memata-matai. Huawei telah berulang kali membantah produknya menimbulkan ancaman.
Bisnis Huawei selama beberapa bulan terakhir terganggu. Namun, berdasarkan laporan yang dipublikasikan pada pekan lalu, pendapatan perusahaan tetap tangguh dalam menghadapi kebijakan pemblokiran AS. Pendapatan Huawei selama sembilan bulan 2019 tumbuh 24,4 persen menjadi 610,8 miliar yuan.
(Din/Why)
Advertisement