Selamat Hari Waisak Bergema di Twitter, Emoji Bunga Lotus Bertebaran

Pantauan Tekno Liputan6.com, Kamis (7/5/2020), Selamat Hari Raya Waisak bahkan menjadi trending topic, diikuti tagar #Vesakday dan #HariWaisak.

oleh Iskandar diperbarui 07 Mei 2020, 11:45 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2020, 09:32 WIB
Sambut Waisak, Para Biksu Ziarah ke Candi Borobudur
Seorang biksu memanjatkan doa saat berziarah ke Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (18/52019). Ziarah yang diikuti oleh para biksu dan umat Buddha tersebut untuk merefleksikan ajaran Sang Buddha serta menyambut Waisak 2563 BE/2019. (OKA HAMIED/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Perayaan Waisak pada hari ini, 7 Mei 2020, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Umat Buddha di Indonesia yang biasanya memadati Candi Borobudur, tahun ini terpaksa harus beribadah dari rumah karena pandemi Covid-19.

Pun demikian, mereka tetap memperingati momen penting Trisuci Waisak dengan semangat dan penuh kasih.

Warganet bahkan ramai mengucapkan selamat Hari Raya Waisak di sejumlah media sosial, terutama via Twitter, sembari menyisipkan emohi bunga lotus.

Pantauan Tekno Liputan6.com, Kamis (7/5/2020), Selamat Hari Raya Waisak bahkan menjadi trending topic, diikuti tagar #Vesakday dan #HariWaisak.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Ucapan dari Kementerian dan Lembaga Pemerintah

Umat Buddha Waisak di Muarajambi
Ilustrasi- Sejumlah umat Buddha saat melaksanakan peribadatan menyambut detik-detik waisak di Candi Muarajambi tahun 2019. (Liputan6.com / dok Gresi Plasmanto)

Sejumlah kementerian, lembaga pemerintah, dan perusahaan juga turut mengucapkan selamat Hari Raya Waisak kepada masyaraat Indonesia yang merayakan.

Perayaan Waisak di Kompleks Candi Muarajambi Ditiadakan

Umat Buddha Waisak di Muarajambi
Umat Buddha sedang beribadah dalam perayaan Waisak se-Sumatera 2562/2018 di kompleks percandian Muarajambi. (Liputan6.com / Dok Desa Wisata Muarajambi)

Perayaan Hari Raya Waisak 2564 BE di kompleks percandian Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, yang jatuh pada Kamis (7/5/2020) ditiadakan. Keputusan peniadaan peribadatan detik-detik waisak di kompleks percandian terluas di Asia Tenggara itu dilakukan untuk mencegah pandemi Corona Covid-19 yang belum mereda.

"Tidak ada Waisak di candi Muarajambi, karena ada imbauan tidak boleh mengumpulkan massa," kata Pamong Budaya Muda pada Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi, Andreas Novi Hariputranto kepada Liputan6.com, Rabu (6/5/2020).

Menurut dia, setiap tahun umat Buddha di Provinsi Jambi menggelar peribadatan memperingati Hari Tri Suci Waisak selalu dilakukan di kompleks percandian Muarajambi. Namun, karena pandemi yang juga belum reda, kegiatan peribadatan secara bersama-sama itu urung dilakukan.

"Tadi udah kontak-kontakan dengan yang di Borobudur, di sana juga sama enggak ada perayaan Waisak," kata dia.

Selama musim pagebluk Covid-19 itu, komplek percandian Muarajambi sudah dua bulan lebih ditutup, baik untuk peribadatan maupun kunjungan wisata. Meski ditutup, pihak BPCB mengaku terus melakukan pemeliharaan bangunan cagar budaya peninggalan sejarah masa klasik itu.

"Pemeliharaan dilakukan juru pelihara masing-masing disetiap bangunan. PetugaS jupel tetap memperhatikan protokol kesehatan saat bekerja," dia menjelaskan.

Sementara itu, Ketua Perkumpulan Umat Buddha Jambi Rudy Zhang mengatakan, meski perayaan waisak tidak bisa bisa dilakukan secara bersama-sama di kompleks percandian Muarajambi, tetapi tidak mengurangi khidmat beribadah.

Sesuai dengan imbauan Ditjen Binmas Buddha, untuk Pujabakti dan Meditasi detik-detik Waisak tahun 2020 dilakukan secara daring/streaming. Kemudian diikuti umat Buddha di rumah masing-masing melalui laman website yang telah disebarkan.

"Semoga masalah pandemi ini secepatnya berlalu, sehingga kita semua bisa aktivitas normal kembali, dan yang sakit segera disembuhkan, kita semua diberi kesehatan," ujar Rudy Zhang.

(Isk/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya