Ericsson Prediksi Pelanggan 5G Tembus 2,8 Miliar pada 2025

Ericsson memperkirakan jumlah pelanggan 5G di seluruh dunia akan mencapai 190 juta pada akhir 2020. Jumlahnya akan meningkat hingga 2,8 miliar pada 2025.

oleh Andina Librianty diperbarui 23 Jun 2020, 17:56 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2020, 17:56 WIB
Jaringan HP 4G dan 5G
Ilustrasi 5G (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Ericsson memperkirakan jumlah pelanggan 5G di seluruh dunia akan mencapai 190 juta pada akhir 2020. Jumlahnya diprediksi akan meningkat hingga 2,8 miliar pada 2025.

Di wilayah Asia Tenggara dan Oseania, 5G diperkirakan mencakup 21 persen pelanggan seluler pada 2025. Hal ini diungkapkan oleh perusahaan telekomunikasi asal Swedia itu dalam laporan tahunannya, Ericsson Mobility Report, edisi Juni 2020.

Laporan ini juga menyajikan ulasan tentang peran jaringan dan infrastruktur digital dalam mendukung masyarakat tetap terhubung selama pandemi Covid-19.

"Selama pandemi ini, kegiatan bekerja dari rumah serta belajar dari rumah membuat ketergantungan terhadap konektivitas semakin meningkat. Hal ini semakin menunjukkan pentingnya konektivitas," ujar President of Ericsson Indonesia, Jerry Soper, pada Selasa (23/6/2020).

Kehadiran 5G pun dinilai akan membuat konektivitas menjadi lebih baik. Dalam hal ini termasuk untuk kegiatan masyarakat sehari-hari dan cara berbisnis.

"5G adalah platform yang dibuat untuk inovasi karena teknologi ini akan merumuskan ulang cara orang berinteraksi, cara masyarakat melakukan kegiatan sehari-hari, serta cara bisnis bekerja. Keberhasilan 5G tidak hanya diukur dari jumlah pelanggan yang tinggi, karena dampak teknologi ini pada akhirnya juga dinilai dari manfaat bagi masyarakat dan pelaku usaha," kata Jerry.

Potensi Bisnis 5G

Jaringan HP 4G dan 5G
Ilustrasi 5G (iStockphoto)

Pandemi Covid-19 disebut semakin memperlihatkan pentingnya makna digitalisasi untuk bisnis di seluruh dunia. Kombinasi 5G dan digitalisasi pun dinilai menciptakan peluang baru bagi penyedia layanan untuk memperluas bisnis ke berbagai sektor mulai dari perawatan kesehatan, otomotif hingga manufaktur.

Semakin cepat negara mengadopsi 5G, semakin awal pula bisa mendapatkan keuntungan dari teknologi tersebut.

"Akan banyak industri mendapatkan keuntungan dari 5G karena sangat besar peluang untuk melakukan peningkatan. Negara yang awal mengadopsi 5G, maka mereka juga akan lebih awal mempelajarinya," tutur Ericsson Chief Technology Officer for Asia-Pacific, Magnus Ewerbring.

Peran Operator

Pada tahap awal implementasi 5G, cara operator mengatasi pertumbuhan trafik data yang sangat besar adalah dengan meningkatkan kapasitas jaringan, kecepatan, dan kualitas di wilayah metropolitan dengan peningkatan pita lebar seluler.

Seiring berjalannya waktu, Ericsson menilai inovasi 5G untuk bisnis baru dan menarik akan hadir bersama dengan use case IoT yang akan semakin membuka peluang bagi operator.

Ericsson meyakini keamanan 5G akan memberikan kepercayaan, yang memungkinkan sistem 5G dapat memenuhi kebutuhan sebagian besar use case. Ericsson memperkirakan nilai pendapatan tambahan dari layanan digitalisasi di Asia Tenggara yang menggunakan 5G untuk penyedia layanan akan mencapai 41 miliar pada 2030.

Pandemi Covid-19 sendri diakui berdampak terhadap pengembangan 5G di berbagai negara, termasuk Indonesia. Namun, perusahaan-perusahaan teknologi terus berusaha untuk memastikan teknologi jaringan baru itu tersedia secepat mungkin.

"Ada dampak, tapi bukan hal yang besar. Operator juga terus bekerja keras untuk memastikan koneksi harus tetap ada. Kami pun di Ericsson mengerjakannya dan tidak akan berhenti," ujar Jerry.

(Din/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya