Facebook: Konsumen Digital di Indonesia Sentuh Angka 137 Juta Jiwa pada 2020

Berdasarkan studi Facebook, pertumbuhan konsumen digital diperkirakan menjadi 137 juta atau 68 persen dari total populasi pada 2020.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 31 Agu 2020, 14:30 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2020, 14:30 WIB
Facebook
Ilustrasi Facebook (Foto: New Mobility)

Liputan6.com, Jakarta - Facebook dan Bain & Company melaporkan studi terbaru berjudul Digital Consumers of Tomorrow Here Today, yang mengupas akselerasi ekonomi digital dan pengaruhnya terhadap masa depan e-commerce di Asia Tenggara.

Menurut studi ini, daya beli lebih tinggi disertai preferensi yang meningkat untuk melakukan transaksi tanpa kontak akan terus mendorong pertumbuhan digital secara eksponensial.

Studi ini dilakukan berdasarkan survei kepada sekitar 16.500 konsumen digital dan wawancara dengan sekitar 20+ CXO di enam negara di Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Konsumen digital yang disurvei adalah mereka yang telah melakukan transaksi online setidaknya untuk 2 kategori produk dalam 3 bulan terakhir.

Dalam keterangan Facebook yang diterima Liputan6.com, Senin (31/8/2020), Bain & Company menyebut, pertumbuhan konsumen digital di Asia Tenggara diperkirakan akan mencapai sekitar 310 juta pada akhir 2020. Jutaan konsumen lain diperkirakan akan bergabung dalam beberapa tahun mendatang.

Pertumbuhan ini awalnya diperkirakan terjadi di tahun 2025 dalam studi tahun 2019, yang berarti menunjukkan percepatan lima tahun hanya dalam tahun 2020 saja. Hampir 70 persen konsumen di Asia Tenggara akan beralih ke digital pada akhir tahun.

Di Indonesia, studi ini menemukan bahwa konsumen digital telah tumbuh dari 119 juta jiwa, atau 58 persen dari total populasi pada 2019. Pertumbuhannya diperkirakan menjadi 137 juta, yakni 68 persen atau lebih dari separuh dari total populasi pada 2020.

Konsumen di Asia Tenggara tidak hanya berbelanja lebih banyak secara online, tetapi juga berbelanja pada kategori lebih luas.

Kebiasaan Belanja Tanpa Kontak

Belanja online
Ilustrasi belanja online. (Doc: Techno FAQ)

Dengan kebiasaan transaksi tanpa kontak dan konsumsi dari rumah yang diperkirakan akan terus berlanjut meski PSBB telah usai, orang-orang pun kini lebih memilih untuk berbelanja bahan makanan secara online dan angkanya pada saat ini untuk regional di Asia Tenggar mencapai 43 persen responden.

Di Indonesia, antara 39-49 persen konsumen digital membeli bahan makanan secara online, baik itu makanan kemasan, makanan segar, sampai minuman non-alkohol. Kategori tersebut juga menjadi yang paling sering dibeli dalam tiga bulan terakhir.

Studi inipun memperlihatkan potensi besar untuk membangun loyalitas terhadap pasar e-commerce. Pada tahun 2020, konsumen digital di Indonesia mengunjungi 5.1 situs online sebelum membuat keputusan pembelian. Padahal pada studi 2019, jumlah situs yang dikunjungi sebelum belanja rata-rata 3,8 situs.

Alasan utama yang mendasari perilaku ini adalah konsumen mencari ketersediaan produk yang lebih baik (37 persen) dan harga produk yang lebih terjangkau (35 persen).

Selain mengunjungi lebih banyak situs, 45 persen konsumen Indonesia juga mengganti merek yang paling sering mereka beli.

Tak Tahu yang Mau Dibeli

Belanja online
Belanja online. Dok: Kaspersky

Fase pencarian menjadi tahapan yang sangat penting karena 61 persen konsumen di Indonesia mengatakan, mereka masih tidak tahu apa yang ingin mereka beli ketika berbelanja online.

53 persen mengatakan, mereka mengenal produk dan merek baru melalui platform media sosial, video pendek, dan perpesanan (12 persen).

Country Director untuk the Facebook Company di Indonesia Peter Lydian mengatakan, satu dekade lalu, platform berpikir tentang bagaimana menghadirkan konsumen di ranah online.

"Hari ini, dengan perpindahan konsumen digital yang pesat dari offline ke online, ditambah dengan perkembangan kebiasaan konsumsi dari rumah, kita melihat lebih banyak merek yang mengubah model bisnis mereka lebih dari "omni-channel" untuk memenuhi kebutuhan konsumen di mana mereka berada," kata Lydian.

Ia lebih lanjut menyebutkan, bisnis perlu menyesuaikan tren konsumen yang akan terus membentuk tatanan kebiasaan baru.

Sementara, Partner dari Bain & Company Edy Widjaja menyebut, Indonesia adalah negara yang dinamis dan tengah bertumbuh pesat untuk menjadi salah satu mesin pertumbuhan ekonomi digital secara regional.

"Tumbuhnya jumlah konsumen digital dan kebiasaan konsumsi mereka membentuk norma baru saat ini. Melihat ke masa depan, belanja online diperkirakan akan meningkat hampir tiga kali lipat pada 2025 dan mencapai nilai hampir US$ 72 Miliar,” tuturnya.

(Tin/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya