Amazon Sita dan Musnahkan 2 Juta Barang Palsu Sepanjang 2020

Amazon juga memblokir 10 miliar produk dan 6 juta penjual baru yang mencurigakan dari layanannya.

oleh Arief Rahman H diperbarui 17 Mei 2021, 16:30 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2021, 16:30 WIB
Logo Amazon
(Doc:Laura Muriel)

Liputan6.com, Jakarta Amazon menyebut telah memusnahkan dua juta barang palsu sepanjang 2020. Produk palsu yang disita dari layanannya itu sebagai langkah kampanye Amazon memerangi produk palsu.

Seperti diketahui, platform penjualan online tidak sepenuhnya menjual produk asli. Begitu pun untuk layanan Amazon, meski masih banyak orang yang menganggap keseluruhan yang dijual adalah asli.

Dikutip dari Review Geek, Senin (17/5/2021), jaringan penjual pihak ketiga Amazon disinyalir jadi tempat berlindung bagi pemalsu produk yang dijual. Antara lain pakaian, peralatan aksesori, dan komputer palsu.

Sebagai informasi, Amazon memulai kampanye melawan barang palsu sejak 2019 lalu dan mengembangkan Counterfeit Crimes Unit pada 2020.

Untuk diketahui, pada awal debutnya, kampanye ini belum terlalu membantu menekan penjualan barang palsu di Amazon.

 

Blokir 10 Miliar Produk

Melalui Brand Protection Report yang dirilis Amazon baru-baru ini, perusahaan mengklaim telah memusnahkan lebih dari 2 juta produk palsu yang diikirim ke pusat distribusi perusahaan dan memblokir 10 miliar daftar produk yang dicurigai.

Kemudian, perusahan juga memblokir 6 juta akun penjual yang mencurigakan.

Menurut laporan tersebut, hanya 0,01 persen barang palsu yang terjual pada tahun 2020. Kemudian, hanya 7.000 orang yang melaporkan barang tiruan ke Counterfeit Crimes Unit Amazon.

Kendati demikian, ini masih terlihat sebagai statistik yang sangat rendah, dengan hanya memperhitungkan pelanggan yang melaporkan barang palsu.

 

Barang Palsu Masih Beredar

Meskipun menghancurkan produk palsu cukup boros, Amazon mengatakan bahwa mereka tidak ingin produk tiruan tersebut kembali ke pasar penjual.

Perlu dicatat, meskipun Amazon mengklaim kampanye anti-pemalsuannya berjalan dengan baik, nyatanya masih mudah menemukan barang yang kemungkinan palsu di layanannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya