Pakar: Adopsi 5G Bukan Tujuan Akhir

Dengan teknologi 5G, kemampuan dalam mengambil dan menarik data pun juga bisa lebih cepat

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 29 Sep 2021, 16:32 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2021, 16:32 WIB
Banner Internet 5G
Banner Internet 5G (Liputan6.com/Triyasni)

Liputan6.com, Jakarta - Masuknya 5G di Indonesia diharapkan tidak menjadi sebuah tujuan akhir, tetapi menjadi alat untuk mencapai berbagai tujuan mulai dari transformasi digital, hingga meningkatkan perkembangan ekonomi.

"Kita semua 'kita harus adopsi 5G' seolah-olah 5G itu adalah tujuan akhir atau goal," kata Heru Sutadi, pakar IT dan pendiri Indonesian Information and Communication Technology (ICT).

"Kalau 5G sudah kita adopsi, sudah dipakai, selesai. Padahal tidak seperti itu," katanya dalam virtual media briefing Cloudera pada Rabu (29/9/2021).

Menurut Heru, teknologi harusnya menjadi sebuah alat untuk mencapai transformasi digital. Dengan demikian, mengadopsi 5G seharusnya tidak dilihat sebagai tujuan akhir.

"Tetapi bagaimana kita bisa mendukung transformasi digital, bisa meningkatkan perkembangan ekonomi, kemudian juga bagaimana memperkuat adopsi teknologi revolusi industri 4.0," katanya.

"Dari beberapa negara, kita juga bisa belajar untuk bagaimana penanggulangan bencana dengan teknologi yang terkini," Heru melanjutkan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sebuah Keniscayaan

Ilustrasi data, penyimpanan data.
Ilustrasi data, penyimpanan data. Kredit: Gerd Altmann via Pixabay

Terkait ekonomi digital, Heru mengatakan bahwa sektor tersebut tak melulu soal bisnis saja.

"Kita juga bicara tentang orangnya, bagaimana memanfaatkan, kemudian memasarkan produknya, kreativitas, device, tentunya juga data. Ini juga penting dalam perkembangan ekonomi digital," katanya.

Menurut Heru, data saat ini dianggap sebagai "minyak baru" yang bisa mendukung perkembangan ekonomi Indonesia.

Fajar Muharandy, Senior Engineer Lead Cloudera, dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa pergerakan ke arah 5G tidak bisa dihindari dan merupakan sebuah keniscayaan.

Menurut Fajar, manusia selalu identik dengan menyimpan informasi atau mengabstraksikan sesuatu. Contohnya di zaman purba, seseorang sudah mulai menggambar di gua saat kejadian yang penting.

Pengaruh 5G pada Penarikan Data

Ilustrasi Data Analyst
Ilustrasi Data Analyst. Kredit: PhotoMIX-Company via Pixabay

Fajar mengatakan pencatatan semacam itu terus berlanjut hingga saat ini, termasuk bagaimana industri melakukan pencatatan terhadap sesuatu yang dianggap penting secara digital.

"Gelombang ketiganya ketika yang kita catat bukan cuma subyeknya saja, bukan cuma customer-nya saja, bukan cuma transaksinya saja, tapi juga perilakunya, interaksinya," kata Fajar.

"Di gelombang keempat kita sadar bahwa ternyata yang lain penting juga. Kita juga perlu mencatat interaksi antar mesin misalnya," sambungnya.

Maka dari itu, Fajar mengatakan bahwa dengan adanya 5G, dimungkinkan untuk lebih bisa menarik data sebesar-besarnya dengan kecepatan yang sangat cepat.

"Karena yang namanya kecepatan network itu bukan cuma bandwidth besar, tapi juga latensi," ucapnya.

Selain itu, Fajar mengungkapkan, implikasi dari adanya 5G adalah data yang akan bertambah semakin besar, karena kecepatan yang semakin cepat dalam pengirimannya.

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya