Catat, Ini Berbagai Konten yang Dinilai Tak Cocok untuk Pengiklan di YouTube

YouTube mengungkapkan beberapa konten yang dinilai tidak cocok untuk iklan.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 24 Okt 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2021, 08:00 WIB
Ilustrasi cara mendownload video, Youtube
Ilustrasi cara mendownload video, Youtube. (Photo by Christian Wiediger on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini, YouTube memungkinkan para pembuat konten untuk mendapatkan uang dari video-video buatan mereka yang diunggah ke platform tersebut.

Dalam laman resminya, dikutip Jumat (22/10/2021), YouTube menyebut bahwa pendapatan utama mereka berasal dari iklan.

"Dengan adanya iklan, bisnis dapat menargetkan penonton yang relevan dan menumbuhkan bisnis serta merek miliknya," tulis perusahaan Google tersebut.

Selain dari iklan, YouTube juga memperoleh penghasilan dari bisnis langganan bulanan seperti YouTube Premium, yang memungkinkan pelanggan menonton video tanpa iklan.

YouTube mengatakan, kreator yang tergabung dalam Youtube Partner Program (YPP), memenuhi syarat untuk berbagi pendapatan dari iklan.

Namun, meski kreator atau sebuah akun terdaftar dalam YPP, YouTube menegaskan bukan berarti semua video di kanal mereka bisa menampilkan iklan.

Menurut mereka, setiap video harus mematuhi pedoman konten yang cocok untuk pengiklan.

"Hal ini dilakukan karena kami memahami adanya percakapan penting di YouTube, seperti diskusi tentang kesehatan mental atau peristiwa sensitif, yang mungkin dianggap tidak sesuai untuk sebuah brand oleh pengiklan," tulis perusahaan tersebut.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tanggung Jawab Nomor Satu

Logo YouTube
Logo YouTube (Sumber: Pixabay)

Selain itu, contoh konten lain yang tidak sesuai untuk pengiklan meliputi konten yang berisi bahasa yang tidak pantas, kekerasan, konten khusus dewasa, dan tindakan berbahaya.

"Tanggung jawab - bukan interaksi - adalah fokus nomor satu kami, dan segala yang kami lakukan harus dilihat melalui kacamata tanggung jawab tersebut," kata YouTube.

Menurut mereka, biasanya pengiklan tidak ingin dikaitkan dengan konten kontroversial atau sensitif di YouTube, sebagaimana ditetapkan dalam Pedoman Konten yang Cocok untuk Pengiklan.

Konten semacam ini, meski terkadang pantas untuk tetap tayang di YouTube sesuai Pedoman Komunitas, tidak selalu pantas bagi para pengiklan.

"Kerugian dari sudut pandang pengguna dan merek mengalahkan semua pertimbangan lainnya," kata YouTube.


Konten yang Tidak Cocok

YouTube Kini Hadirkan Video Offline dengan Kualitas Full HD
Ilustrasi YouTube (Sumber: Pixabay)

Lebih lanjut, beberapa topik utama yang dinilai tidak cocok untuk pengiklan seperti kata-kata tidak sopan, kekerasan, konten khusus dewasa, konten yang mengejutkan, serta tindakan berisiko atau berbahaya.

Konten lain yang dinilai tak cocok untuk iklan adalah yang mengandung kebencian dan penghinaan, narkoba dan konten terkait narkoba, terkait senjata api, isu kontroversial, peristiwa sensitif, menghasut dan merendahkan, terkait tembakau, dan tema dewasa dalam konten keluarga.

YouTube menegaskan "perlu diperhatikan bahwa konteks itu sangat penting."

"Konten artistik seperti video musik dapat berisi elemen seperti kata-kata tidak sopan, referensi ke penggunaan obat-obatan yang tidak menimbulkan ketergantungan fisik, atau tema seksual yang tidak vulgar, dan masih cocok untuk iklan," tulisnya.

YouTube menegaskan berhak menonaktifkan iklan di kanal pengguna, jika sebagian besar kontennya tidak sesuai untuk pengiklan, atau telah terjadi pelanggaran berulang dan serius seperti mengunggah konten yang menghasut, merendahkan, dan penuh kebencian.

(Dio/Isk)


Infografis Pemblokiran Massal Web Streaming Ilegal

Infografis Pemblokiran Massal Web Streaming Ilegal
Infografis Pemblokiran Massal Web Streaming Ilegal. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya