Tanggapan Wamenkominfo soal Investasi Microsoft di Indonesia Lebih Kecil dari Malaysia

Wamenkominfo Nezar Patria menanggapi banyaknya pertanyaan masyarakat mengenai nilai investasi Microsoft yang lebih kecil di Indonesia dibandingkan Malaysia.

oleh Iskandar diperbarui 07 Mei 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2024, 13:00 WIB
Wakil Menkominfo Nezar Patria (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Wakil Menkominfo Nezar Patria (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Liputan6.com, Jakarta - CEO Microsoft Satya Nadella, minggu lalu mengumumkan komitmen investasi perusahaan di Indonesia senilai USD 1,7 miliar (sekitar Rp 28 triliun) untuk pengembangan infrastruktur cloud dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) selama empat tahun ke depan.

Tak lama berselang, Microsoft juga mengumumkan langkah serupa di Malaysia namun dengan nilai investasi yang lebih besar yaitu USD 2,2 miliar (sekitar Rp 35,2 triliun).

Menanggapi hal ini Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria menyebut karena tingkat adopsi AI di Indonesia masih dalam tahap awal.

"Mungkin kalau di tempat lain di sejumlah negara tetangga, adopsinya lebih intens. Kita memang masih early stage, namun dari aturan saya kira kita termasuk yang termaju," kata Nezar di Jakarta, sebagaimana dikutip dari Antara, Selasa (7/5/2024).

Untuk meningkatkan peran dan adopsi AI di Tanah Air, menurut Nezar dibutuhkan lebih banyak riset dan pengembangan sehingga Indonesia tak hanya menjadi pasar, tapi juga pemain di level global.

Guna memberikan jaminan pemanfaatan dan pengembangan AI yang bertanggung jawab di Indonesia, pemerintah berkomitmen menyiapkan pengaturan tata kelola AI.

Tidak hanya ditingkat nasional, Indonesia bahkan berpartisipasi dalam forum-forum tingkat global secara aktif untuk menghadirkan tata kelola AI yang bertanggung jawab dan aman agar dapat memasuki ekosistem AI dengan lebih mulus.

"Kita harus siapkan generasi muda, berkolaborasi dengan masyarakat global untuk menciptakan AI yang aman dan inklusif," ucap Wamenkominfo memungkaskan.

 

 

Peran AI Perkuat Layanan Berbagai Sektor: Ada Dompet Digital, Pendidikan hingga Budidaya Perairan

AI
Ilustrasi AI. (Foto: Unsplash/Mohamed Nohassi)

Pemanfaatan AI atau kecerdasan buatan tidak dimungkiri telah membantu banyak layanan untuk berkembang. Bahkan, pemanfaatan AI ini bisa dilakukan di berbagai sektor.

Hal itu diungkapkan dalam event Microsoft Build: AI Day yang digelar pekan lalu. Dalam kesempatan tersebut, sejumlah layanan yang memanfaatkan AI dari Microsoft berbagi pengalamannya soal pemakaian kecerdasan buatan. 

Salah satunya adalah dompet digital DANA. Dalam kesempatan tersebut, Chief Teknologi Officer DANA Norman Sasoono menyebut kalau AI telah dimanfaatkan perusahaan, baik untuk kebutuhan internal maupun eksternal.

Untuk kebutuhan internal, DANA memanfaatkan AI untuk membantu para pengembangnya menuliskan kode (coding). Berawal dari sekitar 10 persen di awal, pemanfaatan Microsoft Copilot kini telah dipakai seluruh engineer.

"Jadi, kami mulai di Oktober 2023 dengan 10 persen dari jumlah engineer, dan hasilnya bagus. Setelah 3 bulan kami pakai, akhirnya di Januari, seluruh engineer itu kini memakai Copilot," tuturnya.

Menurut Norman, Copilot bisa membantu para developer dalam menulis kode, sehingga mereka tidak perlu menulis semuanya. Jadi, developer bisa fokus menuliskan kode yang lebih sulit, sedangkan AI bisa membantu mengerjakan hal yang lebih ringan.

Tidak hanya itu, AI juga membantu DANA dalam bentuk chatbot untuk kebutuhan customer service. Dengan layanan ini, pengguna bisa langsung menghubungi chatbot Bernama Diana ini untuk membantu mereka.

Selain DANA, pemanfaatan AI juga dilakukan oleh Yayasan Mitra Netra. Untuk diketahui, Mitra Netra merupakan organisasi nirlaba yang fokus pada peningkatan kualitas dan partisipasi di bidang pendidikan maupun lapangan kerja.

Pemanfaatan AI oleh Yayasan Mitra Netra dan Universitas Terbuka

Universitas Terbuka
Booth Universitas Terbuka di acara KLBB BRI Festival 2024 pada 23-24 Maret 2024/Istimewa.

Pendiri Yayasan Mitra Netra Bambang Basuki menuturkan, AI dimanfaatkan untuk membantu pengajaran pelajar dan guru untuk kebutuhan pelajaran Bahasa Arab.

Produk yang diberi nama Arabic Braille Converter ini bisa membantu untuk mengonversi teks Bahasa Arab dengan Harakat menjadi huruf braille Indonesia, dan begitu juga sebaliknya.

"Nah, kami tidak ingin menuntut guru untuk belajar braille, itu tentu membutuhkan waktu terlalu lama. Maka, kami memfasilitasinya dengan membuat software," tutur Bambang memberikan penjelasan.

Software ini disebut dibuat dengan memanfaatkan GPT-4 Azure OpenAI Service. Yang menarik, menurut Bambang, dari pemanfaatan AI ini adalah materi yang digunakan tidak hanya berbasis teks, tapi juga teks yang berasal dari gambar.

"Software ini bisa digunakan untuk pesantren, madrasah, maupun juga tuna nitra biasa," tuturnya melanjutkan.

Ada pula Universitas Terbuka yang memanfaatkan teknologi serupa sebagai chatbot untuk mendukung komunikasi antara mahasiswa dan dosen.

Dengan layanan asisten virtual ini, dosen dapat terbantu untuk memberikan evaluasi, umpan balik, termasuk saran perbaikan terhadap jawaban tertulis mahasiswa.

Dijelaskan, layanan ini hadir untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa. Sebab, komunikasi yang dilakukan bisa berlaku dua arah dan real-time.

Solusi ini telah mendukung hingga 60.000 mahasiswa di berbagai provinsi dengan jadwal yang bervariasi, sehingga bisa memastiakn akses pendidikan yang sama untuk semua.

Pemanfaatan AI oleh eFishery

eFishery
Layanan AI yang ada di eFishery dan bisa dimanfaatkan untuk para pengguna. (Dok: eFishery)

Selain DANA dan Mitra Netra, pemanfaatan AI juga dilakukan oleh startup eFishery. Startup yang bergerak di bidang akuakultur ini memanfaatkan Azure OpenAI Service untuk menghadirkan layanan AI generatif seperti chatbot bagi para pengguna layanannya.

Lewat layanan chatbot yang diberi nama Mas Ahya, para pengguna layanan eFishery bisa mengajukan pertanyaan dan mendapatkan jawaban dalam Bahasa yang mudah dimengerti. Bahkan, pertanyaan yang diajukan bisa dilakukan dalam Bahasa Jawa, selain Bahasa Indonesia dan Inggris.

"Jadi, pada dasarnya semua pembubidaya atau peternak itu bisa melakukan konsultasi, termasuk mendapatkan rekomendasi terkait apa yang perlu dilakukan untuk kegiatan budidayanya," tutur VP AIoT & Cultivation Intelligence eFishery Andri Yadi.

Namun Andri menuturkan, percakapan yang dilakukan tidak hanya melulu soal kondisi tambak miliknya. Pengguna juga bisa menanyakan hal lain yang terkait dengan revenue dan profit.

Ia mengatakan, pengguna juga bisa menanyakan hal-hal lain seperti harga udang di hari tertentu. Jadi, pengguna bisa memperkirakan keuntungan yang bisa didapatkannya ketika memanen udang di sebuah wilayah dalam waktu tertentu.

Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya