Di Era Digital, Fujifilm Tetap Luncurkan Kamera Serupa Polaroid

Fujifilm memang terinspirasi dari kesuksesan Instax, kamera instan besutannya dengan desain menarik.

oleh Bayu Galih diperbarui 10 Sep 2013, 13:38 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2013, 13:38 WIB
fujifilm-130910b.jpg
Kehadiran smartphone dengan fitur kamera di dalamnya memang signifikan dalam mengurangi penjualan kamera digital. Tapi menariknya, kamera dengan hasil instan seperti Polaroid masih ada yang bertahan sukses di pasaran.

Dilansir dari laman Wall Street Journal, Selasa (10/9/2013), Fujifilm menjadi salah satu perusahaan yang akan mengembangkan lini produk kamera serupa Polaroid. Fujifilm memang terinspirasi dari kesuksesan Instax, kamera instan besutannya dengan desain yang unik.

Produk baru pun diperkenalkan, yaitu Instax mini 90 Neoclassic. Jika Instax versi sebelumnya mengincar segmen gadis muda dan anak-anak, maka Mini 90 Neoclassic lebih mengincar pengguna serius yang tak tertarik dengan desain kamera serupa mainan seperti Instax. Karena itu Fujifilm pun mendesain 90 Neoclassic seperti kamera Digital SLR.

Instax Mini 90 Neoclassic pun hadir dengan fitur canggih. Misalnya saja, 10 second exposures, multiple exposures, serta kecepatan shutter hingga 1/400 per detik.

Tentu saja kamera 90 Neoclassic lebih mahal ketimbang Instax sebelumnya. Fujifilm membanderolnya seharga 20.000 Yen, setara US$ 210 atau sekitar Rp 2 jutaan. Bandingkan dengan harga Instax yang 6000 Yen dengan satu roll film berisi 10 foto seharga 700 Yen.

Tak Takut Digital

Meski terkesan menghadirkan nostalgia akan kamera serupa Polaroid, tapi Fujifilm tak mengincar segmen dewasa. Malahan, Fujifilm mengincar pengguna yang mengambil foto pertamanya di era digital. Perusahaan Jepang pertama yang memproduksi film fotografi pada 1934 ini menyebut target pasar mereka sebagai "digital natives".

"Orang-orang masih mengidamkan hal yang nyata. Obyek fisik yang unik dan bisa dipegang di tangan Anda," kata Masato Yamamoto, General Manager Fujifilm untuk Divisi Produk Photo Imaging.

"Film mengembalikan otentisitas yang sering hilang di ranah digital," lanjutnya.

Fujifilm kini menjadi penguasa tunggal untuk pasar kamera instan. Padahal kamera jenis ini lebih dikenal berkat Polaroid yang didirikan Edwin Land. Meski smartphone berkamera canggih terus tumbuh, Fujifilm tetap optimis dengan kamera instan.

Optimisme ini menyebabkan Fujifilm mengincar pertumbuhan kamera instan produksinya hingga 2 juta unit hingga akhir Maret 2014. Kamera ini sendiri akan mulai dipasarkan pada 20 September.

Meski sebagai salah satu perusahaan kamera yang terkena dampak langsung dari kehadiran smartphone berkamera, tapi Fujifilm tak menyerah. Padahal pada 2004 penjualan kamera instannya pernah jatuh hingga 100.000 unit di 2004, dari penjualan 1 juta unit di 2002. Polaroid sendiri akhirnya bangkrut pada 2009, dan pabrik terakhirnya dibeli oleh Impossible Project khusus untuk para penggemar film instan.

Tapi tentu saja kamera analog masih memiliki penggemar sendiri. Apalagi bagi pencinta fotografi, mengambil gambar di kamera analog tetap dianggap sebuah tantangan.

"Kita tahu kalau dari tiap foto yang diambil itu mengeluarkan uang," kaya fotografer Mikiya Takimoto. "Karena itu ketika hasilnyha jelek, Anda akan berusaha lebih keras lagi di pengambilan gambar berikutnya," lanjut dia. (gal)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya