Onno Purbo Peragakan Cara Buat BTS Sendiri di IGF Bali

Pakar teknologi informasi Onno W. Purbo memperagakan cara membuat BTS sendiri kepada para pengunjung IGF 2013 di Bali.

oleh Dewi Widya Ningrum diperbarui 23 Okt 2013, 11:20 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2013, 11:20 WIB
onno-purbo-demo-open-bts-131023b.jpg

Liputan6.com, Bali - Pakar teknologi informasi (TI) Indonesia, Onno W. Purbo, memperagakan cara membuat BTS sendiri kepada para pengunjung acara Forum Internet Dunia atau Internet Governance Forum (IGF) 2013 yang berlangsung di Bali, 22-25 Oktober 2013.

BTS yang dimaksud bukanlah BTS telekomunikasi besar seperti yang dibangun para operator. BTS versi Onno adalah OpenBTS dengan perangkat mini yang dikombinasikan dengan sentral berupa software open source. Onno menjelaskan cara-cara mengoperasikan OpenBTS buatannya dan pemrogramannya yang berjalan di atas sistem operasi Ubuntu.

"Dengan OpenBTS ini kita bisa menelepon dan SMS-an lokal secara gratis tanpa menggunakan jaringan operator. Bahkan OpenBTS ini bisa melakukan komunikasi lintar operator tapi masih terhambat regulasi," papar pria yang hobi bersepeda ini di booth ICT Watch - Internet Sehat. 

Untuk membangun sebuah OpenBTS, diperlukan perangkat komputer bersistem operasi Linux, Universal Sofware Radio Peripheral (USRP) untuk memancarkan sinyal radio, sepasang antena transmitter dan receiver, serta software GNU Radio, OpenBTS, dan juga Asterisk untuk mengkonfigurasi sentral telepon.

Untuk development, jika ingin membuat OpenBTS tanpa amply, menurut Onno biaya yang dibutuhkan kira-kira berkisar 12-15 juta rupiah. Kalau dengan amply sekitar Rp 150 jutaan. Sebagai perbandingan, BTS milik operator membutuhkan biaya antara Rp 1 hingga 3 miliar. Cara-cara mengoperasikan OpenBTS bisa dilihat di sini.

Jumlah penggunanya juga tidak terbatas karena sentralnya open source. "Jadi nggak ada batasan lisensi harus sekian nomor. Tapi masalahnya ada pada yang menelepon tidak bisa terlalu banyak, karena sentralnya berbasis software sehingga ada proses konversi analog digital di situ," jelas pria lulusan ITB yang kerap berjuang membuat rakyat melek teknologi ini.

Mengenai jangkauan, OpenBTS ini bisa menjangkau hingga radius 20 km sehingga socok untuk diterapkan di wilayah pelosok yang tidak terjangkau jaringan seluler. Selain itu, SIM card yang sudah tidak terpakai juga bisa digunakan di OpenBTS ini.

Onno juga bercerita bahwa ia sebenarnya sudah berusaha meminta nomor kode area kepada pemerintah agar rakyat Indonesia bisa menjadi 'Telkom' sendiri. "Saya sudah minta kode area untuk rakyat sejak setahun lalu, tapi sampai sekarang belum direspons pemerintah," imbuhnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya