Liputan6.com, Jakarta - Wahid Foundation menggelar diskusi bertajuk "Darurat Keindonesiaan dalam Intoleransi di Indonesia" di Kantor Wahid Foundation, Jakarta Pusat, Kamis 22 Desember 2016. Puluhan akademisi berlatar belakang pendidikan antropolog hadir untuk menyikapi munculnya kasus intoleransi di sejumlah daerah.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Jumat (23/12/2016), meningkatnya intoleransi dinilai bisa membahayakan kebhinekaan Indonesia yang memiliki banyak suku dan agama. Sehingga, masyarakat perlu memahami pentingnya toleransi.
"Kalau kita bicara mengenai kebhinekaan, berarti ada dimensi toleransi terhadap perbedaan-perbedaan yang ada pada kita," kata Kordinator acara diskusi, Kartini.
Advertisement
Menurut antropolog, mudahnya masyarakat bersikap intoleran disebabkan isu-isu yang tidak bisa dibuktikan atau hoax. Isu-isu tersebut tidak disaring sehingga menyinggung budaya, agama, dan keyakinan tertentu di Indonesia.
"Kita perlu lebih menajamkan sekarang, SARA itu seperti apa, dan yang paling sekarang muncul terakhir adalah agama dan keyakinan. Nah, itu yang selayaknya semua pihak harus berhati-hati," kata Tri Nugroho.
Tri menambahkan, peran pemerintah pusat sangat penting untuk mencegah berita bohong. Hal ini sekaligus menyaring informasi yang bisa menyinggung agama atau keyakinan tertentu.
Saksikan tayangan video selengkapnya di tautan ini