Liputan6.com, London Dalam beberapa tahun terakhir, perlambatan pertumbuhan ekonomi China telah menjadi tekanan tersendiri bagi para investor global. Namun laporan terbaru dari perusahaan penelitian Inggris, Capital Economics justru menilai pertumbuhan ekonomi China yang melambat dapat berdampak positif bagi perekonomian negara-negara lain di dunia.
"Perlambatan ekonomi China yang terus berlanjut menjadi kabar buruk bagi para eksportir komoditas. Meski demikian, secara keseluruhan, dunia sebenarnya mengambil keuntungan dari perlambatan pertumbuhan di China. Meski memang, saat ini pertumbuhan ekonominya telah membaik," seperti dikutip CNBC dari laporan Capital Economics, Minggu (16/3/2014).
Pimpinan ekonom global Capital Economics, Julian Jessop menjelaskan, terdapat lima alasan utama yang membuat perlambatan pertumbuhan ekonomi China berdampak positif pada pasar global. Kelima alasan itu adalah:
1. Perlambatan pertumbuhan ekonomi di China bukan fenomena baru. Faktanya, pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu itu memang telah melambat sejak 2011. Jadi perlambatan yang tengah terjadi ini hanyalah kelanjutan dari tren sebelumnya.
2. Pertumbuhan ekonomi China tercatat sangat signifikan dalam beberapa tahun sebelumnya. Tuntutan tingkat pertumbuhan sebesar 7% bisa terjadi kembali seperti pada 2000an. Pergeseran dari ekspor ke sektor konsumsi dapat mendorong kegiatan ekonomi di berbagai negara dengan mengurangi surplus perdagangan China.
3. Pemerintah China memang sengaja memperlambat pertumbuhannya. Jika pertumbuhannya memburuk, maka China dapat mengubah berbagai kebijakannya.
4. Banyak analis yang khawatir perlambatan ekonomi China dapat berpengaruh negatif pada harga komoditas. Tapi Jessop menjelaskan, penurunan harga komoditas di China dapat bermanfaat bagi negara-negara lain di dunia khususnya. Para konsumen sektor komoditas akan menikmati penurunan harga tersebut.
5. Capital Economics mengingatkan para investor untuk tidak berhati-hati membaca penurunan harga tembaga saat ini. Para analis dari lembaga keuangna tersebut menjelaskan, kemerosotan itu diperparah sejumlah faktor industri spesifik seperti tindakan keras China terhadap penggunaan logam sebagai alat pembayaran.
Sementara itu, wakil kepala penelitian ekonomi Asia di HSBC, Federic Neumann mengatakan, penurunan ekonomi di China akan bergaung ke seluruh dunia.
"Sementara harga-harga komoditas yang melemah akan menyediakan dorongan ke wilayah Barat, termasuk negara-negara dari Australia hingga ke Afrika dan Amerika Latin, yang bergantung pada sektor tersebut. Maka, krisis di China dapat memberikan dampak ke berbagai negara," jelasnya.