Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT ICRA Indonesia, perusahaan pemeringkat efek dan informasi investasi menilai, pinjaman menggunakan mata uang asing akan melambat. Hal itu seiring pelaku usaha melihat kondisi pasar ketika pemilihan umum (Pemilu).
"Pinjaman mata uang asing stabil karena rupiah stabil. Namun pinjaman mata uang asing akan melambat karena bisnis dalam kondisi wait and see, dan itu akan mengakibatkan pertumbuhan kredit akan tumbuh secara natural," ujar AVP Analyst PT ICRA Indonesia, Kreshna D Armand, Rabu (19/3/2104).
Armand menambahkan, perusahaan hanya akan melakukan ekspansi kecil seperti pembukaan kantor cabang baru menjelang pemilu. Perusahaan juga cenderung mengerem belanja modal ketika Pemilu berlangsung.
Advertisement
"Menjelang pemilu terlihat stabil, secara konsensus terlihat tahun ini bisnis itu melakukan konsolidasi. Mereka banyak mengoptimalkan kapasitas operasionalnya buka cabang, kredit lebih hati-hati. Dan rencana belanja modal, mereka lebih menunggu tahun 2015," ungkapnya.
ICRA memperkirakan, total pinjaman bank akan tumbuh pada kisaran 17%-19% pada 2014. Target itu melebihi yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 15%-17%.
Armand mengungkapkan, total pinjaman itu melebih target BI karena melihat beberapa bisnis membutuhkan pinjaman secara berkelanjutan dari bank. "Membutuhkan pinjaman dari bank untuk terus jalan," pungkasnya.