Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT ICRA Indonesia menyebutkan, sektor perbankan menghadapi sejumlah tantangan untuk meningkatkan kinerjanya pada 2014.
AVP Analyst PT ICRA Indonesia, Kreshna D Armand menuturkan, bencana alam menjadi salah satu tantangan utama sektor perbankan. Hal itu dikaitkan dengan kemampuan para nasabah untuk membayar kredit terutama terkena bencana alam di beberapa wilayah Indonesia
"Adanya bencana alam menjadi tantangan utama sektor perbankan awal 2014 terutama pengolahan kualitas aset," kata Kreshna, di Jakarta, Rabu (19/3/2014).
Baca Juga
Kedua, penyelenggaraan pesta demokrasi pemilihan umum (Pemilu). Ketiga, kemampuan mengoptimalkan jaringan usaha dan produk yang ada, serta kemampuan memperoleh pendapatan berbasis fee juga menjadi tantangan sektor perbankan.
Advertisement
Namun perusahaan pemeringkat efek ini masih optimistis terhadap pinjaman bank pada 2014. ICRA memperkirakan, total pinjaman bank akan tumbuh pada kisaran 17%-19% pada 2014. Target itu melebihi yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 15%-17%.
Armand mengungkapkan, total pinjaman itu melebih target BI karena melihat beberapa bisnis membutuhkan pinjaman secara berkelanjutan dari bank. "Membutuhkan pinjaman dari bank untuk terus jalan," pungkasnya.
Saat ditanya mengenai pertumbuhan kredit mencapai 21,6% pada 2013, Armand menilai, pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan momen puasa dan idul fitri cukup mempengaruhi pinjaman bank. Oleh karena itu, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan untuk menjaga inflasi, rupiah dan defisit transaksi berjalan.
"Itu menyebabkan BI menaikan suku bunga secara kumulatif 175 basis poin, dan diperberat keadaan neraca berjalan, perdagangan dan pengurangan stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve jadi nilai tukar rupaih bergerak negatif," pungkasnya