Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan Indonesia baru bisa mengadopsi teknologi hybrida atau dua bahan bakar (dual fuel) dua tahun mendatang.
Alasannya harga teknologi mobil dengan dua bahan bakar, yakni Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Bahan Bakar Gas (BBG) terlampau mahal.
Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengaku telah membahas kebijakan tersebut dengan Agen Pemegang Merek (APM) mobil berteknologi hybrid sejak setahun lalu.
"Problemnya harganya hampir 50% lebih mahal. Jadi teknologinya belum ketemu yang harganya murah," ujar dia di Kantor Kementerian Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (2/4/2014).
Dia mengaku, beberapa negara lain telah lebih dulu mengadopsi mobil teknologi hybrida. "Mereka bisa tolerir karena harganya lebih mahal, tapi kalau kita kan nggak bisa," ucap Hidayat.
Hidayat optimistis, Indonesia bakal mampu menerapkan kebijakan mobil dua bahan bakar pada dua tahun ke depan. Namun tentunya harus dibarengi dengan kesiapan infrastruktur gas untuk mendukung kebijakan itu.
"Mungkin kalau teknologinya sudah bisa ketemu yang lebih murah, saya kira bisa implementasi. Dua tahun lagi lah. Tapi infrastruktur gas harus disiapkan," kata dia.