Kena Sanksi Ekonomi, Rusia Stop Pasok Mesin Roket ke AS

Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin mengatakan, Rusia akan melarang AS menggunakan mesin-mesin roket buatan Rusia.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 14 Mei 2014, 11:21 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2014, 11:21 WIB
RI Bisa Luncurkan Roket Satelit Sejauh 700 Km 2040
Tak ketinggalan satelit penginderaan jauh dan satelit komunikasi. (ilustrasi/www.astronomi.us)

Liputan6.com, Moskow - Bukan rahasia lagi, Amerika Serikat (AS) bersama dengan Uni Eropa telah menjatuhkan sejumlah sanksi ekonomi pada Rusia karena merebut Crimea dari Ukraina. Merespons sejumlah sanki ekonomi yang dibebankan pada Rusia, pemerintahnya tidak tinggal diam.

seperti dikutip dari Russian Technology, Rabu (14/5/2014), Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin mengatakan, Rusia akan melarang AS menggunakan mesin-mesin roket buatan Rusia. Pasalnya, mesin-mesin tersebut biasa digunakan AS untuk satelit miliiternya.

"Tanpa jaminan mesin-mesin kami tidak digunakan untuk urusan militer, kami tak akan bisa memasok mesin lagi ke AS. Kami juga menolak untuk melakukan perawatan dan pemeliharaan rutin atas mesin-mesin yang sebelumnya telah kami ekspor ke AS," jelasnya.

Maklum, sejauh ini AS sangat bergantung pada mesin RD-180 dan NK-33 buatan rusia untuk meluncurkan satelit umum dan militer ke luar angkasa. NASA memang mengatakan pihaknya tidak mungkin memproduksi mesin yang mampu beroperasi secara utuh hingga 2020.

Tak hanya itu, pemerintah Rusia juga mematikan 11 terminal GPS milik AS yang berlokasi di wilayahnya. Menurut Rogozin, Moskow juga telah bersiap menolak tawaran AS mengenai oprasi International Space Station (ISS).

"Kami memperkirakan baru membutuhkan ISS hingga 2020. Kami memahami berapa laba yang bisa kami cetak dari terminal tersebut, menghitung seluruh pengeluaran, dan hasilnya tergantung nanti. Konsep penjelajahan ruang angkasa baru akan diselesaikan nanti," tuturnya.

Sebelumnya, badan ruang angkasa AS, NASA telah meminta Rusia untuk tetap menjaga ISS tersebut tetap di orbitnya hingga 2014. Tapi faktanya, hubungan Rusia dan AS banyak terganggu setelah penyerangannya ke Ukraina.  (Sis/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya