Pesawat Made in RI Ini Laris Manis Meski Belum Diproduksi

Pesawat rancangan anak bangsa yang digagas PT Regio Aviasi Indiustri ini diprediksi akan merajai pasar pesawat tipe baling-baling dunia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 29 Mei 2014, 10:31 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2014, 10:31 WIB
Pesawat R80
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Tak kalah dengan Perancis yang memiliki produk pesawat ternama Airbus, tak kalah dengan Amerika Serikat yang juga memiliki produk Boeing, Indonesia pun juga mampu dan memiliki teknologi pembuatan pesawat.

Pesawat rancangan anak bangsa yang digagas PT Regio Aviasi Indiustri (RAI) yang dinamai R80 ini diperkirakan akan merajai pasaran pesawat tipe baling-baling (turboprop) yang selama ini digunakan di berbagai penjuru dunia.

Direktur Utama PT RAI Agung Nugroho membuktikan, meski pesawat saat ini masih dalam planary design, namun sudah mengundang minat banyak perusahaan maskapai penerbangan.

"R80 ini saat ini sudah 125 unit terjual, padahal belum kita rakit," kata Agung saat bebincang dengan Liputan6.com yang ditulis, Kamis (29/5/2014).

Pesawat rancangan mantan presiden Indonesia ke-3 BJ Habibie yang juga merupakan pemilik PT RAI ini saat ini sudah terjual diantaranya ke dua perusahaan, yaitu Sriwijaya Air dan CASA.

"Kita sudah menandatanngani LOI dengan NAM Air, anak usahnya Sriwijaya Air, mereka membeli 100 unit secara bertahap lalu kemarin juga ada dari CASA sebanyak 25 unit," jelas Agung.

Dengan model pesawat yang memiliki kapasitas 80 penumpang ini, nantinya akan difokuskan untuk operasi di derah-daerah terpencil layaknya Indonesia bagian timur.

Agung bermimpi bahwa suatu saat nanti pesawat yang rencana akan dibanderol sekitar US$ 28 juta ini akan mampu menjamur layaknya beberapa produk otomotif di Indonesia. "Mudah-mudahan ini bisa laris layaknya Avanza dan Kijang," jelasnya.

Sebelumnya, BJ Habibie menjelaskan hal yang menarik dari pesawat dengan model baling-baling ini nantinya diklaim akan lebih cepat dan lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar dibanding Airbus ataupun Boeing.

Hal itu dilandaskan dari berhasilnya Habibie merancang R80 ini dengan memiliki perbandingan antara angin yang dingin dihasilkan dari udara di body pesawat dengan angin yang dikeluarkan pada engine di belakang pesawat lebih tinggi (Bypass ratio).

"Saya menyampaikan bahwa Airbus atau Boeing itu bypass ration-ya 12, makin tinggi bypass ratio makin sedikit konsumsi bahan bakar dan lebih cepat, ini (R80) bypass ratio-nya 40. Kami perhitungkan pesawat terbang ini sasarannya lebih sedkit 30% (penggunaan bahan bakar)," terang Habibie beberapa waktu lalu. (Yas/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya