Harga Emas Lanjutkan Pelemahan Pekan Ini

Setelah sempat mencatatkan pelemahan terburuk selama sebulan, harga emas akhir pekan ini kembali diprediksi melemah.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 02 Jun 2014, 07:43 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2014, 07:43 WIB
Ilustrasi Emas
Ilustrasi Emas (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah sempat mencatatkan pelemahan terburuk selama sebulan, harga emas akhir pekan ini kembali diprediksi melemah. Harga emas diprediksi berada di kisaran US$ 1.230-1.268 per ounce.

"Namun di pekan ini ada dua event penting yang bisa menjadi penggerak pasar yaitu hasil rapat kebijakan moneter bank Sentral Eropa (ECB) pada 5 Juni 2014 serta data nonfarm payrolls (NFP) Amerika Serikat (AS) pada 6 Juni," terang Head Research and Analyst Monex Investindo, Ariston Tjendra saat dihubungi Liputan6.com, Senin (2/6/2014).

ECB diisukan akan melakukan kebijakan pelonggaran moneter pasar rapat pekan ini. Menurut Ariston, isu ini telah mendorong penguatan nilai tukar dolar AS akhir-akhir ini sehingga turut menekan harga emas. Bila memang ada kebijakan pelonggaran, emas bisa tertekan lagi.

"Sementara data NFP yang melebihi forecast juga bisa menekan harga emas," tutur dia.

Analisis Ariston sejalan dengan hasil survei emas Kitco. Sebagian besar partisipan dalam survei emas  tersebut yakin logam mulia tersebut akan mengalami penurunan harga pekan ini.

Seperti dikutip dari Forbes, Senin, sebanyak 18 partisipan memproyeksi harga emas akan menurun pekan ini. Sebaliknya hanya tujuh partisipan yang menilai harga emas naik dan dua lainnya melihat pergerakan harga emas yang cukup variatif.

Para partisipan mengatakan, sejak pertemuan Bank Sentral Eropa pada awal Mei, nilai tukar dolar AS terus menguat. Sementara itu, nilai tukar euro melemah sebagai antisipasi terhadap stimulus bank tersebut.

Data ekonomi Eropa yang melemah, khususnya di Italia dan Spanyol, diprediksi akan mendorong Bank Sentral Eropa untuk mengubah haluan kebijakan ekonominya. Lembaga keuangan Brown Brothers Harriman juga menilai, indeks harga konsumen kedua negara tersebut ditambah lemahnya industri ritel Jerman dapat menjadi faktor pemicu utama tindakan itu.

"Sebagian besar analis memprediksi Bank Sentral Eropa dapat memangkas suku bunga acuannya hingga 10-15 basis poin," ungkap para analis di lembaga tersebut.

Bank sentral Eropa juga diprediksi akan menentukan kebijakan baru guna mendorong bisnis kecil dan menengah.

Sementara para analis di Standard Charthered memprediksi pasar mata uang akan kian menguat seiring dengan keputusan yang diambil Bank Sentral Eropa. Akibatnya, harga emas diperkirakan semakin melemah.

Untuk informasi, partisipan dalm survei tersebut terdiri dari bankir investasi, pedagang emas, analis dan perantara perdagangan emas. (Sis/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya