Ditekan Isu Politik, Rupiah Kembali Melemah

Kali ini, situasi politik di Tanah Air kembali menjadi tekanan bagi pergerakan rupiah.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 03 Okt 2014, 11:30 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2014, 11:30 WIB
Ilustrasi Pantau Rupiah
Ilustrasi Pantau Rupiah (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah sempat menguat setelah menerima guncangan akibat ketidakpastian kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed), nilai tukar rupiah kembali bergerak melemah. Kali ini, situasi politik di Tanah Air kembali menjadi tekanan bagi pergerakan rupiah.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), Jumat (3/10/2014) mencatat nilai tukar rupiah kembali mengalami koreksi delapan poin ke level 12.144 per dolar AS. Pada perdagangan sebelumnya rupiah sempat menguat di level 12.136 per dolar AS.

Sementara data valuta asing Bloomberg, menunjukkan nilai tukar rupiah sempat dibuka menguat di level 12.134 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 12.150 per dolar AS. Namun kemudian rupiah kembali berfluktuasi melemah ke level 12.147 per dolar AS pada perdagangan 09:19

Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah tercatat melemah 0,2 persen dan berkutat di kisaran 12.130 - 12.147 per dolar AS.

Pekan ini, Setya Novanto dari partai oposisi Golkar terpilih menjadi Ketua DPR periode 2014-2019. Sejumlah analis menilai parlemen yang didominasi koalisi merah putih akan menyulitkan presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dalam menjalankan serangkaian rencananya mendorong pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual mengatakan, sejumlah isu politik memang mampu menekan nilai tukar rupiah. Selama masa transisi ke pemerintahan baru, para pelaku pasar akan cenderung melakukan aksi wait and see menanti perubahaan di tubuh politik negara saat presiden baru dilantik.

Prediksi David juga terbukti benar bahwa nilai tukar rupiah pekan ini tak akan bergerak jauh di luar kisaran 12.075-12.220 per dolar AS.

Meski begitu, pergerakan rupiah masih sangat tergantung pada serangkaian isu politik yang akan dihadapi masyarakat Indonesia. (Sis/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya