Liputan6.com, Jakarta - Di penghujung tahun 2014, hilangnya pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 dengan rute Surabaya-Singapura, yang berangkat dari Bandara Djuanda Surabaya, menambah daftar panjang insiden perjalanan udara bagi industri penerbangan Malaysia.
Bila ditelisik, hilangnya pesawat AirAsia tersebut kembali mengingatkan masyarakat dunia pada kenangan pahit pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hingga saat ini jejaknya raib tak bisa ditemukan.
Setelah itu terbakarnya pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17 setelah ditembak di zona perang Ukraina. Artinya, dalam setahun ini terjadi 3 insiden yang menimpa maskapai milik Malaysia di berbagai negara.
Advertisement
Raibnya MH370 juga diawali dengan laporan Malaysia Airlines yang mengaku hilang kontak dengan pesawat tujuan Beijing, China yang berangkat dari Kuala Lumpur, Malaysia. Pesawat tersebut menerbangkan 239 orang yang terdiri dari penumpang dan kru.
Dalam keterangan resminya, pihak maskapai mengatakan, MH370 hilang pada pukul 02.40 waktu setempat. Sabtu, 8 Maret 2014 , hari di mana pesawat tersebut menghilang, menjadi waktu yang sangat pahit bagi seluruh keluarga dan kerabat penumpang.
Pencarian MH370 masih dilakukan, saat tragedi maut kembali menimpa armada Malaysia Airlines. Kali ini, pesawat dengan nomor penerbangan MH17 ambruk terbakar setelah ditembak di zona perang Ukraina.
Tak ada yang selamat dari kecelakaan tersebut. Seluruh penumpang tewas di tempat dengan wajah yang sudah sulit dikenali.
Malaysia Airlines adalah maskapai nasional Malaysia dan salah satu yang terbesar di Asia. Tiap harinya mengangkut hampir 37 ribu penumpang ke 80 destinasi di seluruh dunia.
Namun usai kedua tragedi maut yang menimpa dua armadanya, bisnis Malaysia Airlines semakin goyah dan terguncang. Bahkan demi mempertahankan bisnisnya, Malaysia Airlines telah memberhentikan 6.000 pegawai atau 30 persen dari total tenaga kerjanya yang mencapai 20 ribu orang.
Kesulitan finansial memang telah menjerat bisnis MAS. Kala itu, MAS tengah menanggung utang jangka panjang senilai 10,36 miliar ringgit atau setara Rp 35,99 triliun.
Sementara AirAsia menjadi salah satu maskapai milik Malaysia yang dikenal cukup mumpuni di dunia. Pasalnya, maskapai ini berani membelah angkasa beberapa negara seperti Indonesia, Thailand, India dan lainnya.
Bagaimana kisah tragedi yang menimpa maskapai milik Malaysia tersebut dan bisa dikatakan menjadi tahun yang sangat kelam bagi industri penerbangan Negeri Jiran ini. Berikut ulasannya seperti dirangkum Liputan6.com, Minggu (28/12/2014):
Pesawat MH370 raib tanpa jejak
Pesawat Malaysia Airlines rute Kuala Lumpur-Beijing dengan nomor penerbangan MH370 dilaporkan hilang pukul 02.40 waktu setempat pada Sabtu, 8 Maret 2014. Seharusnya burung besi tersebut mendarat di bandara Beijing, China pukul 06.30 waktu setempat.
Secara keseluruhan MH370 menerbangkan 239 orang yang terdiri dari 227 penumpang komersil, termasuk dua bayi dan 12 awak pesawat.
Di dalam pesawat tersebut juga terdapat 12 penumpang asal Indonesia yang hingga saat ini belum ditemukan. Mayoritas penumpang pesawat adalah warga China.
Awalnya pesawat maskapai negeri jiran itu diduga hilang di wilayah udara yang dikendalikan Vietnam, Sabtu dini hari. Namun setelah pencarian berkembang, pesawat tersebut dikabarkan jatuh di dasar laut Samudra Hindia.
Pesawat tersebut memang terbilang sangat misterius karena menghilang tanpa ada tanda sedikitpun. Sebelumnya dikabarkan, MH370 tak sempat memasuki wilayah udara China dan tak melakukan kontak dengan pengendali udara di China.
Hilangnya MH370 benar-benar di luar dugaan mengingat pesawat Boeing 777-200 tersebut memiliki reputasi sebagai armada udara yang aman.
Pencarian besar-besaran masih dilakukan terhadap pesawat Boeing 777-200ER milik Malaysia Airlines yang hilang dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing, China. Terutama untuk memastikan nasib 239 orang -- 227 penumpang dan 12 awak pesawat -- yang ada di dalamnya.
Boeing 777 - 200ER milik Malaysia Airlines telah memiliki 20.243 jam terbang sebelum insiden tersebut. Pesawat MH370 tercatat telah beroperasi selama 12 tahun.
Hingga saat ini, berbagai upaya dengan dana luar biasa besar masih terus dikerahkan untuk menemukan pesawat tersebut. Tapi beberapa ahli meragukan pesawat tersebut dapat ditemukan keberadaannya.
Advertisement
MH17 jatuh terbakar
Belum sembuh luka di hati keluarga korban MH370 yang hilang pada 8 Maret 2014, pesawat Malaysia Airlines kembali mengalami kecelakaan maut.
Pesawat dengan nomor penerbangan MH17 yang lepas landas dari Amsterdam dilaporkan dihantam rudal dan jatuh terbakar di zona perang Ukraina, dekat perbatasan Ukraina-Rusia.
Seluruh penumpang dan awak pesawat yang berjumlah 295 orang itu tewas di tempat. Tak ada yang berhasil lolos dari maut, termasuk tiga bayi di dalamnya, saat pesawat tersebut ambruk dari ketinggian 38 ribu kaki.
Jasad-jasad yang bergeletakan, logam-logam bengkok, puing dan reruntuhan pesawat gosong, asap hitam yang terus mengepul. Ada tubuh seorang perempuan muda terlempar sekitar 500 meter dari titik jatuh. Bau avtur dan karet terbakar menggantung di udara.
Pemandangan mengerikan itu terpampang di sebuah tanah lapang di Desa Grabovo, Donetsk yang dikuasai pemberontak, sekitar 40 kilometer dari perbatasan Ukraina dan Rusia.
Di situlah terbaring bangkai pesawat Malaysia Airlines MH17 yang dihantam rudal dalam perjalanan dari Amsterdam, Belanda menuju Kuala Lumpur.
Petugas penyelamat menancapkan tongkat dengan bendera putih di titik-titik di mana jasad manusia ditemukan.
Para penyelidik menyisir lokasi kejadian hingga malam. Kegelapan yang menyelimuti lokasi kejadian membuat suasana makin mencekam.
Akibat dua kecelakaan maut tersebut, bisnis penerbangan Malaysia Airlines kian terguling. Tak hanya karena terlilit utang, tapi karena kehilangan reputasi yang membuat masyarakat di seluruh pelosok dunia merasa takut untuk naik pesawat dari maskapai tersebut.
AirAsia QZ 8501 Hilang Kontak
Duka kembali menyelimuti pada Minggu (28/12/2014) ini. Pesawat maskapai AirAsia dinyatakan hilang kontak sesaat usai lepas landas dari Bandara Djuanda Surabaya.
Pesawat tersebut menjalani penerbangan terjadwal dengan nomor QZ 8501 dengan rute dari Surabaya ke Singapura. Ada ratusan warga negara Indonesia (WNI) di dalam pesawat tersebut.
Jumlah penumpang terdiri dari 155 orang. Selain itu, ada 2 pilot, 4 pramugari, dan 1 teknisi pesawat. Dengan demikian, ada 162 orang yang berada di pesawat jenis Airbus A320-200 tersebut. "Ada 155 penumpang, 138 orang dewasa, 16 anak-anak, dan seorang bayi," demikian keterangan tertulis AirAsia.
Keberadaan burung besi yang mengangkut ratusan penumpang tersebut terakhir kali terlacak pada pukul 06.17 WIB di antara Tanjung Pandan dan Pontianak, Kalimantan Barat. Pesawat berangkat dari Surabaya pada pukul 05.36 WIB dengan ketinggian 32 ribu kaki atau flight level plan 320.(Sis/Nrm)
Advertisement