Liputan6.com, Jakarta - Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 7,5 persen akan diikuti dengan penurunan bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan skema Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) atau rumah subsidi dari 7,25 persen menjadi 5 persen. Dengan penurunan tersebut, diharapkan cicilan untuk rumah subsidi menjadi lebih ringan.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera), Basuki Hadimuljono mengatakan, untuk meringankan masyarakat yang berpenghasilan rendah, kementerian mengusulkan untuk menurunkan suku bunga KPR dengan skema FLPP menjadi sebesar 5 persen.
"Kalau disetujui di Sidang Kabinet, turun 5 persen. Cicilannya juga turun dari berapa ratus menjadi Rp 500 ribu per bulan," terang dia di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (23/2/2015).
Dengan cicilan tersebut, kata Basuki, masyarakat yang berpenghasilan di bawah Rp 4 juta berpeluang memperoleh rumah layak dengan harga sangat terjangkau. "Orang yang gajinya di bawah Rp 4 juta per bulan, elligible untuk itu," cetusnya.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) juga telah meminta kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono untuk menurunkan bunga fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP).
Untuk menjalankan rencana tersebut, pemerintah saat ini sedang berkoordinasi pada bank-bank yang bekerja sama sebagai penyalur kredit perumahan dengan skema FLPP tersebut.
"Staf Khusus Wapres akan mengundang bank-bank, seperti BTN, BRI, BNI, ADB, dan lembaga-lembaga lain. Besok diundang untuk memastikan itu, karena minggu ini harus lapor beliau. Supaya beliau (JK) bisa melapor ke Presiden lalu minggu depan dibawa ke sidang kabinet terbatas untuk dicanangkan," tandas Basuki.
BI rate
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,50 persen. Suku bunga Lending Facility tidak mengalami perubahan sehingga tetap di 8 persen. Sedangkan suku bunga Deposit Facility turun mengikuti BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen.
Gubernur BI, Agus Martowardojo menjelaskan, Rapat Dewan Gubernur yang digelar pada hari ini memutuskan untuk menurunkan BI Rate karena tidak ada tekanan politik yang cukup tinggi yang akan mengganggu iklim ekonomi. Agus juga melihat bahwa level BI Rate setelah diturunkan masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran yang berada di kisaran 4 pada 2015 dan 2016.
"Selain itu, level tersebut juga mendukung pengendalian transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat," jelasnya di Kantor Bank Indonesia. Agus melanjutkan, meskipun Bank Indonesia telah mengambil berbagai kebijakan untuk mengendalikan tingkat inflasi dan juga transaksi berjalan, namun tantangan mencapai target tersebut masih besar terutama faktor global.
Ke depan, BI akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, dan sistem pembayaran, serta memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan serta mendorong berlanjutnya reformasi struktural untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. (Fik/Gdn)
Bunga Kredit Rumah Murah Subsidi Bakal Turun Jadi 5%
"Kalau disetujui di Sidang Kabinet, turun 5 persen," jelas Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera), Basuki Hadimuljono.
diperbarui 23 Feb 2015, 16:52 WIBDiterbitkan 23 Feb 2015, 16:52 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Live dan Produksi VOD
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Fungsi Hukum pada Dasarnya Adalah: Memahami Peran Vital Hukum dalam Masyarakat
Banjir Makassar Meluas, Warga Mengungsi di 24 Lokasi
5.005 Warga Mengungsi, Pemkot Makassar Tetapkan Status Tanggap Darurat Banjir
Ribut di Pesawat, 2 Warga China Diusir Petugas Bandara Malaysia
Ada Rekonstruksi Efisiensi, BMKG Pertahankan Anggaran untuk Deteksi Gempa dan Tsunami
VIDEO: Eksekusi Rumah Mewah di Jaksel Ricuh, Pemilik dan Juru Sita Saling Dorong
Gibran Tinjau Proyek Terowongan Selili di Kalimantan Timur, Harap Selesai Tepat Waktu
Tambang Emas Anak Usaha Diprotes Warga, BRMS Beri Penjelasan
Ciri Lambung Bocor: Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya
6 Kejadian Tak Biasa Perdana di Dunia, Konten YouTube Pertama Muncul Tahun 2005
Hoaks Merajalela: Apa Peran Kita dalam Mengatasinya?
Warung Kecil Dapat Daftar Sub Pangkalan LPG 3 Kg ke Pertamina